Self Art & Culture

Baju Tak Harus Baru

Setiap orang memiliki pemahaman dan tujuannya masing-masing dalam berpakaian. Seiring berjalannya waktu, mungkin sebagian orang mengubah pemahamannya soal berpakaian. Kebetulan, saya dari waktu ke waktu rasanya tidak pernah mengubah pandangan soal berpakaian. Sejauh ini saya selalu memiliki dua unsur yang ditetapkan dalam cara saya berpakaian yaitu unsur fungsional dan jati diri. Saya bisa mengenakan pakaian milik kakek atau nenek yang sudah berusia lanjut tanpa takut keluar dari tren. Selama sesuai dengan fungsi juga bisa mencerminkan isi hati dan gaya yang sesuai dengan jati diri, saya bisa tetap nyaman mengenakannya. Jadi, bagi saya pakaian tidaklah harus selalu baru. Kita bisa memanfaatkan pakaian dari apa yang sudah ada. Cara berpakaian seperti ini mungkin saja tidak berlaku untuk banyak orang, tapi menurut saya pada akhirnya berpakaian akan menentukan karakter masing-masing orang, apakah ia seorang trendsetter atau seorang follower

Sejauh ini saya selalu memiliki dua unsur yang ditetapkan dalam cara saya berpakaian yaitu unsur fungsional dan jati diri.

Pemahaman tersebut, sedikit banyak mungkin dipengaruhi dari pengalaman saya memerhatikan kedua orang tua yang memiliki pengalaman di bidang refurbished otomotif dan pakaian. Artinya, mereka sering sekali bongkar pasang dan tambal sulam barang-barang. Secara tidak sadar, pekerjaan dan kebiasaan mereka tersebut tampaknya memengaruhi cara pandang saya tentang pakaian dan berpakaian. Saya jadi suka berkreasi dengan pakaian, mendaur ulang, serta memanfaatkan kembali pakaian bekas menjadi model baru. Secara tidak sadar, mungkin saya menyerap apa yang mereka lakukan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Akhirnya, gaya hidup yang mereka perlihatkan menjadi gaya hidup saya juga.

Pandangan dan perilaku saya berpakaian tersebut tentu saja memberikan pengaruh baik dalam hidup. Saya menjadi lebih bahagia karena ternyata ada kesenangan batin saat melakukan daur ulang atau melakukan permak baju. Saya merasa pakaian yang saya hasilkan dengan cara itu menjadi lebih istimewa karena tidak mungkin sama dengan yang dimiliki orang lain. Maka, pakaian-pakaian ini sebenarnya membangun identitas diri. Saya selalu memakai baju turunan, baju bekas pakai, atau daur ulang. Tanpa terasa melakukan selama bertahun-tahun dan apa yang saya lakukan merupakan kegiatan memperpanjang usia pakaian. Cara ini sangat mudah dilakukan dan bisa saya lakukan dalam jangka panjang. Menurut saya, inilah intisari dari hidup berkelanjutan (sustainable living).

Saya menjadi lebih bahagia karena ternyata ada kesenangan batin saat melakukan daur ulang atau melakukan permak baju.

Suatu saat, saya harus mengumpulkan uang banyak untuk membuat film pendek seorang aktivis lingkungan hidup. Karena suka memermak pakaian dan ternyata kegiatan tersebut identik dengan masyarakat Indonesia Timur, maka saya memutuskan untuk mendaur ulang pakaian bekas khususnya denim dengan tenun Indonesia Timur. Dari sanalah saya mulai rutin menciptakan produk-produk upcycling atau pemanfaatan kembali barang-barang bekas.  Inspirasi rasanya sering datang dari dalam diri seperti ilham hingga akhirnya kini saya bisa mengembangkan kreasi-kreasi baru.

Manfaat melakukan upcycling pun tidak hanya sekadar tentang pemanfaatan pakaian semata. Banyak sekali manfaat dari kegiatan ini. Kita bisa memiliki pakaian berjiwa baru tanpa harus membelinya. Kita hanya perlu mengaktifkan sisi kreatif diri kemudian mengubahnya. Kegiatan ini juga pada akhirnya bisa membantu mengurangi konsumerisme yang menjadi akar berbagai permasalahan lain di masyarakat. Memang, di masyarakat kita masih banyak yang memiliki persepsi untuk selalu membeli pakaian baru. Misalnya saat hari raya besar, pakaian baru seperti sebuah syarat yang mendukung kemeriahan hari raya. Menurut saya, kebiasaan tersebut sebenarnya didasari dengan referensi lingkungan dan kebiasaan yang dilakukan. Bila seseorang terpapar dengan salah satu orang berpengaruh di lingkungannya yang bisa memakai baju hari raya bekas atau daur ulang, pandangannya mungkin saja bisa berubah.

Related Articles

Card image
Self
Melihat Dunia Seni dari Lensa Kamera

Berawal dari sebuah hobi, akhirnya fotografi menjadi salah satu jalan karir saya hingga hari ini. Di tahun 1997 saya pernah bekerja di majalah Foto Media, sayang sekali sekarang majalah tersebut sudah berhenti terbit. Setelahnya saya juga masih bekerja di bidang fotografi, termasuk bekerja sebagai tukang cuci cetak foto hitam putih. Sampai akhirnya mulai motret sendiri sampai sekarang.

By Davy Linggar
04 May 2024
Card image
Self
Rayakan Keberagaman dalam Kecantikan

Keberagaman jadi satu kata kunci yang tidak akan pernah lepas saat membahas tentang Indonesia. Mulai dari keragaman budaya, bahasa, hingga kecantikan perempuan di negeri ini adalah salah satu kekayaan yang sudah sepatutnya kita rayakan.

By Greatmind x BeautyFest Asia 2024
27 April 2024
Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024