Self Health & Wellness

Berkenalan Dengan Perasaan

David Irianto

@tygerd

Co-founder Greatmind & Kurator Konten

Bicara tentang perasaan dari sisi psikologi, ada empat variabel berbeda yang harus kita kenali yaitu Emotions, Moods, Affects, Feelings. Sebelum beranjak untuk memahami makna perasaan dalam hidup, mengetahui definisi perasaan bisa membantu kita untuk mengerti keseluruhan konsepnya. 

Kata emosi berasal dari bahasa Latin, emovere, yang artinya mengaduk. Tidak heran seringkali kita mendengar pernyataan yang menunjukkan bahwa ketika merasakan emosi tertentu, perasaan kita seperti bercampur-aduk. Emosi juga bisa berarti menstimulasi. Artinya adalah memicu kita melakukan sesuatu karena merasakan emosi tersebut. Sementara itu, menurut P.T Young (1961), emosi adalah gangguan akut yang berasal dari kondisi psikologis, melibatkan perilaku, pengalaman sadar dan visceral seseorang individu secara keseluruhan. Tidak heran, zaman dulu perasaan dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu. 

Berbeda dengan Randolph Nesse (1990), seorang evolutionary psychologist yang melihat psikologi dari ilmu evolusi. Menurutnya, perasaan merupakan mode operasi khusus yang dibentuk oleh seleksi alam, untuk mempengaruhi perilaku dalam menanggapi ancaman dan peluang. Maka, apa yang kita rasakan dipengaruhi dengan apa yang ada di luar diri. Kita selalu melihat ada ancaman di mana kita bisa merasa takut, cemas, atau sedih. Kita juga bisa melihat peluang dari perasaan yang positif. Dalam keseharian, kita merasakan keduanya. Ini jadi penting untuk diketahui agar kita bisa menelaah perasaan tersebut apakah ancaman atau peluang.

Definisi berikutnya datang dari Lawler (1999) yang memahami perasaan sebagai sebuah keadaan evaluatif yang relatif singkat, positif atau negatif, yang memiliki elemen fisiologis (terkait dengan fisik), neurologis (terkait dengan saraf dan hormon) dan kognitif (terkait dengan pikiran). Sementara itu, Hockenbury mengartikan perasaan sebagai sebuah keadaan psikologis kompleks yang melibatkan tiga komponen berbeda yakni pengalaman subjektif, respon fisiologis, respon perilaku. 

Pengalaman subjektif maksudnya adalah bergantung pada apa yang ada di pikiran kita. Biasanya saat mengalami sesuatu, akan ada perasaan yang kompleks. Mungkin pengalamannya mirip dengan orang lain tapi yang kita rasakan unik dan berbeda dengan mereka. Contohnya ketika sedang berduka. Biasanya saat berduka, kita tidak hanya sedih tapi juga ada perasaan lega karena orang yang meninggalkan akhirnya tidak lagi merasakan sakit. Sedangkan respon fisiologis biasanya dihubungkan dengan apa yang dirasakan oleh fisik kita. Lalu, respon perilaku berkaitan dengan perilaku seperti apa yang akan disebabkan oleh perasaan yang dialami. Contohnya saat kita sedang menonton film horror lalu ketakutan, kita akan langsung menutup mata, dan sebagainya. 

Namun terkadang, kita punya keterbatasan dalam mengungkapkan perasaan. Padahal kita punya banyak sekali jenis perasaan. Lalu bagaimana caranya untuk membuat kategori perasaan-perasaan tersebut? Terdapat dua elemen yang dapat dilibatkan dalam proses ini yaitu mempertanyakan:

Apakah perasaan itu negatif atau positif?

Apakah perasaan itu pasif tenang dan energinya rendah atau membuat kita meledak ledak dengan energi yang tinggi?

Contohnya ketika kita merasakan ketenangan, berarti itu adalah perasaan positif namun bersifat pasif dengan tingkat energi yang harus dikeluarkan untuk mengalaminya rendah. Tapi kalau kita marah, berarti perasaan itu tergolong negatif, bersifat aktif, dengan energi yang harus dikeluarkan untuk merasakannya tinggi. 

Kemudian, kita bisa mengelompokkan perasaan atau affect ke dalam kolom negatif atau positif. Perasaan negatif misalnya kemarahan, kesedihan, ketakutan, jijik dan perasaan positif misalnya kenikmatan, cinta, dan kejutan positif. Dua hal ini di dalam psikologi ditemukan tidak otomatis naik turun. Keduanya terpisah di mana kita bisa merasakan positif dan negatif di waktu yang sama. 

Kenangan yang berkaitan dengan perasaan bahagia, jatuh cinta, tenang, atau yang melibatkan adanya kejutan positif, lebih mudah diingat daripada emosi negatif seperti sedih, takut, marah, atau mengalami kejutan yang tidak diinginkan (Talarico, Berntsen, & Rubin). Oleh sebab itu, sebenarnya perasaan positif bisa menang melawan perasaan negatif karena perasaan negatif bisa berdampak buruk bagi kegiatan kita sehari-hari. 

Siswa dengan kecenderungan emosi negatif, misalnya, akan lebih mudah bosan, dan memiliki performa yang kurang baik dalam kegiatan belajar. Begitu juga pengusaha yang memiliki kecenderungan emosi negatif dalam mengurangi peluangnya untuk maju karena pikirannya dapat membuatnya pesimis. Padahal peluangnya belum tentu tidak ada. Jadi, karena kita mengalami perasaan terlebih dahulu sebelum bertindak, perasaan dapat sangat  memengaruhi bagaimana kita melihat peluang ke depannya.

Maka, menambah emosi positif dalam diri lebih penting untuk meningkatkan kepuasan hidup daripada mengurangi emosi negatif. Pada dasarnya, dua hal ini akan hadir secara bersama-sama. Kalau bisa mengurangi emosi negatif itu baik. Tapi menambah emosi positif bisa jauh lebih baik. Sayangnya, kedua perasaan tersebut tidak bisa dipilih. Kita tidak bisa menghindari emosi negatif karena kalau tidak merasakan emosi negatif, kita tidak bisa merasakan emosi positif. 

Kita tidak bisa menghindari emosi negatif karena kalau tidak merasakan emosi negatif, kita tidak bisa merasakan emosi positif. 

Jadi, kenapa kita perlu merasakan emosi? Pertama, emosi dapat memotivasi kita untuk bertindak. Kedua, emosi juga bisa membantu kita bertahan hidup, berkembang, dan menghindari bahaya. Ketiga, merasakan emosi berpotensi membantu kita membuat keputusan sehingga kita bisa mengetahui apakah kita akan senang atau tidak dengan keputusan tersebut. Keempat, kita bisa membantu orang lain memahami kita sekaligus membantu kita memahami orang lain dengan merasakan emosi. 

Dengan demikian, emosi merupakan key leadership skill yang sangat penting. Melabeli perasaan apa yang kita rasakan sangatlah penting karena ini adalah langkah pertama untuk menghadapi emosi secara efektif. Susah memang untuk melabeli perasaan yang tidak bisa dijelaskan, namun kita harus berupaya supaya tidak menyangkal emosi tersebut. Orang yang tidak mengakui dan mengatasi emosi mereka menunjukkan well-being yang lebih rendah dan mengalami lebih banyak gejala fisik stres seperti sakit kepala. Ada biaya tinggi yang harus ditanggung jika kita berusaha menghindari merasakan perasaan.

Ada biaya tinggi yang harus ditanggung jika kita berusaha menghindari merasakan perasaan.

Selain itu, memiliki kosakata yang tepat juga dapat memungkinkan kita untuk melihat masalah nyata yang dihadapi untuk mengambil pengalaman yang berantakan. Kita bisa memahaminya lebih jelas dan membangun peta jalan untuk mengatasi masalah tersebut. Sebab bisa saja ketika kita bilang sedih, terdapat elemen emosi lain di dalamnya seperti marah atau kecewa. 

Adalah wajar apabila kita menemukan kesulitan mengenal emosi. Kita telah dilatih untuk percaya bahwa emosi yang kuat harus ditekan. Terlebih lagi, kita memiliki aturan sosial dan organisasi tertentu yang terkadang tidak diucapkan atau melarang pengungkapannya. Di sisi lain, kita juga tidak pernah belajar bahasa untuk menggambarkan emosi kita secara akurat. Oleh sebab itu ada beberapa cara untuk mengenali emosi. Kita bisa memperluas kosa kata emosional, mempertimbangkan intensitas emosi, lalu menuliskan emosi tersebut akan menyadari dan mengingat perasaan apa yang dirasakan.

Ada beberapa cara untuk mengenali emosi. Kita bisa memperluas kosa kata emosional, mempertimbangkan intensitas emosi, lalu menuliskan emosi tersebut akan menyadari dan mengingat perasaan apa yang dirasakan.

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024