Self Lifehacks

Dear, Aku Yang Dulu

Lalitia Apsari

@lalitia

Kurator Konten & Praktisi Humaniora Digital

Ilustrasi Oleh: Mutualist Creative

Hari ini 20 tahun lalu kamu bilang akan berhenti melakukan sesuatu yang kamu suka. Balet. Ingat kah perkataanmu saat pertama menerima buku cerita tentang seorang tokoh balet? Kamu berkata, “Aku mau belajar balet hingga menjadi prima ballerina!”. Tapi, baru beberapa tahun saja kamu berhenti.

Sepuluh tahun terakhir, aku cukup terpukul melihat teman-teman yang dulu satu kelas balet kini sudah berkarya kemana-mana. Beberapa kali aku mencoba memulai balet lagi di umur 20-an, aku langsung urung begitu bertemu hambatan. “Mana bisa aku mengejar mereka”, “Kakiku tidak bisa naik lebih dari 90 derajat”, “Mana bisa jadi balerina dengan bentuk badanku sekarang”, dan beribu alasan. Who am I kidding? Padahal baru tiga kali kelas yang aku ikuti. Semua aku salahkan, tempatnya tidak enak, gurunya tidak enak, bajuku tidak enak. 10 tahun itu aku lompat-lompat dari satu sekolah balet ke sekolah balet yang lain. Tidak ada satu pun yang akhirnya bertahan lebih dari sebulan.

Aku malu. Apa lagi melihat anak-anak muda yang sudah jauh lebih pintar dariku.

Harusnya, kamu tidak berhenti selagi masih muda, pikirku berulang-ulang.

Aku bisa saja terus-terusan menyalahkanmu, tapi apa gunanya. Mungkin kamu berhenti karena alasan tertentu yang aku sudah tidak begitu ingat. Mungkin alasan itu masuk akal untukmu, saat itu, pada kondisi itu. Saat ini, meskipun aku tidak tahu persis, tapi aku ingin berdamai dan mengerti bahwa kamu mengambil keputusan dulu itu juga pasti tidak mudah.

Mungkin kamu berhenti karena alasan tertentu yang masuk akal untukmu, saat itu, pada kondisi itu.

Aku mau memberi kabar bahwa selama setahun lebih, aku sudah mulai ikut balet lagi. Aku bahkan sudah sempat pentas, bayangkan betapa gugupnya aku harus menari di atas panggung depan orang banyak di umur pertengahan 30 tahun ini. Konsistensi memang menjadi alasan utama perang batin yang membuatku maju mundur. Namun, setelah bertahan beberapa lama, aku merasakan berada di sebuah safe place sehingga aku dapat berkembang tanpa malu melakukan kesalahan. Dulu aku pikir tempat ini harus dicari, rupanya bisa aku bangun sendiri. Ternyata, masalah kita masih sama, aku masih belum juga menguasai pirouette satu putaran pun dan kakiku belum ada kenaikan berarti seperti para balerina di foto-foto media sosial. Tetapi, yang paling utama adalah aku belajar mencintai proses ini, dan segala ketidaksempurnaan yang dibawanya.

Memulai hal baru, atau memulai lagi di umurku ini memang tidak mudah. Namun, kegagalanku memulai lagi 10 tahun terakhir membuahkan kesadaran bahwa aku memulai lagi dengan alasan yang salah. Sebelumnya, aku ingin belajar balet lagi karena ingin mengejar dan membayar ‘kesalahan’ yang kamu lakukan dengan berhenti. Sekarang, aku memulai dengan lebih mendengarkan keadaanku yang memiliki kecepatan sendiri, berbeda dengan yang lain. Mungkin aku tidak bisa mencapai targetku dulu, tapi siapa tahu, mungkin juga bisa.

Toh, kamu berhenti dulu bukan berarti aku tidak bisa melanjutkannya sekarang.

--------------------------

Banyak orang yang mempersiapkan diri untuk periode tertentu di usia muda dan menghabiskan hidupnya memandang ke belakang. Setiap merayakan ulang tahun, kita selalu bernyanyi mendoakan umur yang panjang. Senyatanya, manusia memang dirancang untuk hidup lebih lama dari mahluk hidup lain. Namun, jika manusia memandang produktivitas, petualangan, dan pengalaman baru hanya milik seonggok waktu yang sempit, lalu untuk apa sisa umur yang ada? Mungkin bila kita dapat menyelaraskan sisi biologis dan psikologis, kita bisa menghindari merasa tua sebelum menjadi tua.

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024