Self Lifehacks

Dunia Nyata Tak Sama Dengan Bangku Sekolah

Greatmind

@greatmind.id

Redaksi

Ilustrasi Oleh: Robby Garsia (Atreyu Moniaga Project)

Ada yang bilang kita setiap hari kita selalu belajar. Selalu berada dalam sekolah baik dalam arti kata yang sebenarnya maupun tidak. Meski sebenarnya pernyataan itu ada benarnya namun ironisnya adalah masa kita belajar di sekolah ternyata dapat berdampak pada perilaku kita di kehidupan setelah sekolah. Utamanya adalah apa yang kita pelajari di sekolah ternyata tidak memiliki refleksi yang sama di kehidupan kita sebagai orang dewasa baik di pekerjaan maupun di kehidupan pribadi. Sistem belajar di sekolah dulu ternyata tidak cukup memberikan gambaran tentang dunia nyata yang harus dihadapi sebagai orang dewasa.

Apa yang kita pelajari di sekolah ternyata tidak memiliki refleksi yang sama di kehidupan kita sebagai orang dewasa

Pertama-tama tentu saja berangkat dari penilaian yang selalu dihargai dengan angka. Untuk menentukan apakah kita pintar atau tidak besarnya angkalah yang menentukan. Padahal dalam dunia nyata angka-angka tersebut tidak berlaku. Dalam pekerjaan misalnya, jika pekerjaan kita sudah selesai (tidak melewati tenggat waktu) kita tidak diberikan angka. Faktanya adalah angka di sekolah formal itu hanyalah sistem edukasi yang sangat subyektif dan akhirnya mengarahkan fokus kita pada pencapaian angka tertentu saja. Padahal di dunia nyata tidak ada angka yang pasti saat kita melakukan sesuatu. Tidak ada ukuran yang sama. Nilai yang kita terima saat berkeluarga, berpasangan, dan menjadi seorang pekerja akan berbeda-beda. Tapi yang pasti bukan angka 0-10. 

Penilaian seperti itu juga dapat membuat kita menjadi pribadi yang penuh ekspektasi. Contohnya ketika kita sudah belajar dengan giat, menghapal rumus, latihan mengerjakan soal, kita setidaknya dapat memprediksi angka yang akan didapatkan nantinya. Tapi kemudian di dunia nyata pada saat kita dewasa apa yang kita rencanakan, apa yang sudah kita atur sedemikian rupa, bisa berubah tiba-tiba. Tiba-tiba kita kehilangan orang yang kita cintai sebelum kita melakukan sesuatu yang kita ingin lakukan bersama dengannya. Tiba-tiba kita mendapatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) karena kondisi keuangan perusahaan yang tidak memungkinkan. Kala kita bertumbuh menjadi seseorang yang penuh ekspektasi, kekecewaan yang mendalam pun dapat lebih mudah menghampiri.

Saat sekolah, untuk menentukan apakah kita pintar atau tidak besarnya angkalah yang menentukan. Padahal dalam dunia nyata angka-angka tersebut tidak berlaku.

Kemudian faktor guru di sekolah dan dunia nyata pun tidak sejalan. Para guru yang kita temui di sekolah dulu mengikuti peraturan sekolah yang ada. Mereka dibayar untuk mengajarkan kita berbagai subyek dan membantu kita menggali pengetahuan. Tetapi mereka tidak bekerjasama dengan kita untuk mencapai target bersama. Mereka hanyalah medium untuk kita mengejar target kita sendiri. Kita hanya perlu menuruti aturan yang sudah ditetapkan. Sedangkan di dunia nyata “guru” yang kita temui tidak mengarahkan untuk mencapai sesuatu. Mereka tidak dengan begitu saja memberikan pengetahuan pada kita. Jika kita membutuhkan mereka, kitalah yang mencari mereka. Sehingga yang dibutuhkan di dunia nyata adalah kemampuan berkomunikasi dan kesadaran yang tinggi akan pentingnya belajar banyak hal.

Saat masih bersekolah berbagai bantuan untuk mencapai target akademis pun tersedia. Sebaliknya di dunia nyata kita tidak bisa bergantung pada apa yang disiapkan para guru. Kita harus punya kesadaran yang tinggi untuk mencapai target dalam hidup. Hard skill merupakan kemampuan yang diinginkan sekolah untuk diasah, lebih dari soft skill. Padahal di dunia nyata keduanya harus benar-benar seimbang demi bertahan hidup, demi kehidupan yang lebih baik. Evaluasi pun kebanyakan kita lakukan sendiri tidak seperti pada saat di sekolah kita diberikan anjuran untuk melakukan ini-itu. Tapi justru karena telah disiapkannya perangkat-perangkat tersebut, kita seakan-akan disuapi oleh sekolah dan tinggal menelan materi saja. Di dunia nyata semua bisa terjadi di luar ekspektasi dan kita harus siap untuk memiliki rencana cadangan. Kita jadi harus lebih analitis terhadap setiap kondisi dan situasi. Belajar sendiri dari pengalaman-pengalaman dalam hidup. Memberikan tanggapan dan evaluasi sendiri pada hidup kita. Bertanggung-jawab pada diri kita sendiri.

Di dunia nyata semua bisa terjadi di luar ekspektasi dan kita harus siap untuk memiliki rencana cadangan.

Kebiasaan-kebiasaan yang kita terima di sekolah dulu dapat membuat kita terlalu nyaman berada dalam gelembung sehingga kita tidak sadar terlena dalam satu ekosistem yang bisa saja membuat kita tidak berkembang. Bahkan banyak dari kita yang butuh waktu lama untuk beradaptasi meninggalkan dunia sekolah dan berada di dunia kerja. Meninggalkan label “anak sekolah” ke label “pekerja”. Bayangkan kalau sedari di sekolah dulu kita dilatih untuk berada di dunia nyata, diajarkan “strategi” kehidupan. Mungkin kita bisa lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan yang penuh dengan hal-hal yang tidak dapat kita rencanakan. Kita bisa menurunkan ekspektasi yang dulu sering kita bangun pada zaman belajar di sekolah.

Kebiasaan yang kita terima di sekolah dulu dapat membuat kita terlalu nyaman berada dalam gelembung sehingga terlena dalam ekosistem yang bisa saja membuat kita tidak berkembang.

Related Articles

Card image
Self
Kesediaan Membuka Pintu Baru Melalui Musik

Bagiku, membahagiakan sekali melihat saat ini sudah banyak musisi yang bisa lebih bebas mengekspresikan dirinya melalui berbagai genre musik tanpa ketakutan tidak memiliki ruang dari pendengar Indonesia.

By Mea Shahira
23 March 2024
Card image
Self
Berproses Menjadi Dewasa

Ada yang mengatakan usia hanyalah angka. Sebagian memahami hal ini dengan semangat untuk tetap muda, menjaga api dalam diri untuk terus menjalani hari dengan penuh harapan.

By Greatmind
23 March 2024
Card image
Self
Kala Si Canggung Jatuh Hati

Bagiku, rasa canggung saat bertemu seseorang yang menarik perhatian kita adalah hal yang menjadikan kencan pertama istimewa. Menurut aku, saat baru pertama kali bertemu dan berkenalan kita memang masih harus malu-malu, momen canggung ini yang nantinya bisa menjadi berharga setelah beriringnya waktu.

By Dillan Zamaita
23 March 2024