Self Lifehacks

Filsafat sebagai Fondasi Berpikir Sejak Dini

Saat mendengar kata filsafat mungkin asumsi yang muncul adalah pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijawab dan terkesan abstrak. Padahal, sebenarnya konsep berfilsafat sudah kita terapkan sedari kita kecil. Anak kecil umumnya sering kali mempertanyakan hal-hal yang bersifat filosofis, seperti asal-usul sebuah hal atau peristiwa alam yang ia temui dalam keseharian. Sayangnya, di masyarakat kita ilmu filsafat diasumsikan sebagai hal rumit dan baru diajarkan di tingkat universitas.

Pada bulan Maret 2020 lalu saya menginisiasi Kelas Isolasi, sebuah platform belajar filsafat online yang saya jalankan bersama salah satu mahasiswa saya, Al Nino Utomo. Intinya, kami memberikan kelas-kelas gratis dan juga konten di berbagai platform media sosial mengenai ilmu filsafat. Berangkat dari kegiatan kami itu, saya kemudian diajak seorang pegiat homeschooling bernama Aurea Rahel untuk merumuskan kurikulum belajar filsafat sekaligus menjadi pengajar bagi anak-anak dan remaja dengan judul Philokids juga Philoteens.

Kelas tersebut mendapat sambutan cukup baik. Selain peserta kelasnya cukup banyak dan juga kegiatan kelas itu sendiri sempat diliput oleh beberapa media, pada pertengahan tahun 2022 lalu, saya dihubungi oleh salah satu teman bernama Taufiqurrahman yang juga perwakilan dari penerbit buku Cantrik di Yogyakarta. Ia menghubungi untuk mengajak saya menerbitkan buku filsafat berdasarkan bahan ajar, metode, dan pengalaman saya selama mengajarkan filsafat untuk anak-anak dan remaja. 

Menyetujui ajakan tersebut, akhirnya pada bulan Mei 2023 kemarin saya menerbitkan buku dengan judul “Seni Berfilsafat Bersama Anak”. Buku ini sebenarnya ditujukan untuk orang tua, pengajar, atau pendamping anak saat belajar. Oh ya, butuh waktu sekitar enam bulan dari awal saya mengirimkan naskah hingga buku ini akhirnya terbit.

Berdasarkan pengalaman saya di Philokids dan Philoteens, sebenarnya anak-anak sudah mengajukan pertanyaan filosofis sedari kecil. Sayangnya mungkin di beberapa kesempatan para pendamping baik itu orang tua maupun pengajar kurang memfasilitasi rasa ingin tahu ini dengan cara yang tepat. Tak jarang justru pertanyaan-pertanyaan filosofis dari anak dibawa ke jalur dogma tanpa memberikan kesempatan untuk berdiskusi.

Nah, dalam buku ini saya ingin memberikan amunisi yang dapat digunakan ketika menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anak. Karena tidak semua orang tua memiliki pemahaman ataupun ketertarikan dalam ilmu filsafat. Di buku ini para pembaca akan memulai dari memahami apa itu filsafat, apa saja pertanyaan khas filsafat, bagaimana cara mendampingi anak berfilsafat, hingga contoh-contoh pelajaran terkait cabang filsafat seperti metafisika, epistemologi, etika, estetika, hingga logika.

Ketika ingin berfilsafat bersama anak, jangan dulu melibatkan istilah-istilah teknis filsafat atau nama-nama filsuf. Menurut saya, dua hal ini harus dihindari agar anak tidak melihat filsafat sebagai sesuatu yang menakutkan dan rumit. Justru kita harus membangun rasa ketertarikan mereka untuk mempertanyakan apapun. Orang tua ataupun guru juga harus bisa membimbing dan mendorong mereka untuk terus bertanya. Coba buat diskusi dengan anak menjadi diskusi yang terbuka dan tidak memosisikan diri sebagai pihak yang paling tahu.

Ketika ingin berfilsafat bersama anak, jangan dulu melibatkan istilah-istilah teknis filsafat atau nama-nama filsuf. Menurut saya, dua hal ini harus dihindari agar anak tidak melihat filsafat sebagai sesuatu yang menakutkan dan rumit. Justru kita harus membangun rasa ketertarikan mereka untuk mempertanyakan apapun.

Kemampuan berfilsafat sebenarnya dapat membantu memperkuat daya analisis serta kemampuan berpikir anak dalam mengambil keputusan. Ilmu filsafat adalah modal yang baik bagi anak agar tidak mudah percaya. Dalam arti tertentu mungkin akan terlihat seperti gelisah tapi di sisi lain juga ajek dan tidak mudah terbawa arus. Saya memang kurang setuju kalau filsafat harus memiliki nilai praktis, tapi semakin banyak kita membaca, merenung, dan berpikir, otomatis hal ini juga akan membentuk cara kita bersikap dan berperilaku. Bagaimana cara mengambil keputusan dengan pertimbangan moral yang rasional.

Saya memang kurang setuju kalau filsafat harus memiliki nilai praktis, tapi semakin banyak kita membaca, merenung, dan berpikir, otomatis hal ini juga akan membentuk cara kita bersikap dan berperilaku. Bagaimana cara mengambil keputusan dengan pertimbangan moral yang rasional.

Memang betul, saat mendalami ilmu filsafat kita mungkin akan melalui belantara istilah dan kerumitan pikiran, tapi kemampuan berpikir tersebut juga harus diasah untuk bisa memahami sebuah hal dengan lebih sederhana. Berfilsafat juga bukan berarti adu rumit atau adu istilah, kita juga harus memposisikan diri sesuai dengan konteks dan lawan bicara kita. Seseorang yang memang sudah memahami ilmu filsafat, seharusnya bisa menjelaskan sebuah persoalan dengan lebih jernih dan tepat.

Berfilsafat juga bukan berarti adu rumit atau adu istilah, kita juga harus memposisikan diri sesuai dengan konteks dan lawan bicara kita. Seseorang yang memang sudah memahami ilmu filsafat, seharusnya bisa menjelaskan sebuah persoalan dengan lebih jernih dan tepat.

Ada baiknya ilmu berfilsafat dikenalkan pada anak sedari dini. Berdasarkan pengalaman saya, ini bisa coba dikenalkan sejak usia 10 tahun, ketika anak sudah mulai bisa berargumentasi dan menyerap jalan berpikir yang lebih kompleks. Intinya, saat anak sudah bisa diajak berdiskusi. Saya berharap para pembaca buku “Seni Berfilsafat Bersama Anak” bisa mulai membangun kebiasaan berpikir kritis bagi dirinya dan juga anak-anak yang ada dalam pendampingannya.

Jika kemudian pelajaran filsafat ini diterapkan di sekolah-sekolah, istilahnya mungkin bisa diganti menjadi berpikir kritis, berpikir kreatif, atau apapun itu supaya tidak terlalu terdengar asing. Saya berharap ilmu filsafat bisa menjadi salah satu opsi ilmu yang dipelajari anak sejak bangku sekolah, saat dimana kemampuan berpikir anak sedang berkembang. Berfilsafat atau berpikir kritis itu harusnya bisa menjadi cara berpikir kita sehari-hari. Jadi harapannya, ilmu ini bisa masuk ke dalam pendidikan secara lebih luas di masa mendatang.

Related Articles

Card image
Self
Rayakan Keberagaman dalam Kecantikan

Keberagaman jadi satu kata kunci yang tidak akan pernah lepas saat membahas tentang Indonesia. Mulai dari keragaman budaya, bahasa, hingga kecantikan perempuan di negeri ini adalah salah satu kekayaan yang sudah sepatutnya kita rayakan.

By Greatmind x BeautyFest Asia 2024
27 April 2024
Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024