Self Lifehacks

Lesson Learned: Otak Kanan vs. Kiri

Trisa Triandesa

Pegiat Neurosains

Kamu tipe orang otak kanan yang kreatif atau otak kiri yang analitis dan logis?

Kalaupun kamu tidak tahu tipe yang mana, mungkin setidaknya pernah dengar “tes kepribadian” terkait ini, atau mungkin melihat judul artikel berita atau judul buku soal perbedaan otak kanan dan kiri.

Pemahaman mengenai perbedaan gaya berpikir dan kepribadian berdasarkan sisi otak yang lebih dominan merupakan MITOS.

Tapi sayangnya awam dijadikan pembenaran atau rasionalisasi. Kemarin teman saya yang bergulat di dunia kreatif baru bilang, “Lagi baca buku sains nih, tapi penyampaiannya enak ga terlalu otak kiri, jadi gue paham.”

Sekarang karena sudah tahu bahwa itu tidak faktual, jadi belagu dan pengen bilang, “Yaelah…”

Tapi zaman ABG, dulu saya pernah mengisi kuis seperti ini. Namanya fase di mana kita mulai mencari jati diri ya kan? Dan hasilnya saya otak kanan. Kebetulan saya agak lemah di matematika dan saya sangat tertarik dengan dunia seni. Nah hasil tes tersebut seolah-olah ini jadi pencerahan buat saya sekaligus pembenaran ‘pantesan nilai matematika saya jelek, kan saya anaknya “artsy”’.

Ngomongin soal kreatif, seniman seperti Riri Riza, Mira Lesmana atau Garin Nugroho, tidak mungkin hanya mengandalkan otak kanan dalam berkarya. Mereka juga tentunya harus menganalisa tren, audiens, strategi pemasaran, belum lagi mikirin produksi film yang super rumit. Berarti dibutuhkan kemampuan analitis dan berpikir logis yang tajam kan?

Saya, seperti kamu juga, punya minat lebih dari satu. Selain seni, minat saya juga ke dunia sains. Nah setelah saya dihabiskan sebagai manusia dengan otak kanan yang lebih dominan dan “seharusnya” menyukai hal yang kreatif, ketika saya suka sains yang logis dan analitis, saya merasa berada di jalan yang salah karena berpikir otak saya yang kreatif ini ga akan sanggup menghadapi sains.

Namun seiring berjalannya waktu, bagi saya keduanya ternyata bisa berjalan beriringan kok.

Sayangnya masih banyak yang percaya kalau orang yang logis, analitis dan memiliki kemampuan verbal yang baik berarti otak kirinya lebih dominan. Sedangkan kalau orangnya kreatif, emosional, dan kemampuan visuo-spasialnya baik berarti otak kanannya yang dominan. Jadi sisi otak yang lebih dominan menentukan gaya kognitif dan kepribadian seseorang. Ini tentunya tidak benar.

Paham ini mengindikasikan bahwa dua sisi otak saling berkompetisi, bukannya bekerjasama dan berkolaborasi. Faktanya kedua sisi otak ini bekerjasama dan berkolaborasi dalam mengolah informasi serta untuk berfungsi optimal.

Faktanya kedua sisi otak kita bekerjasama dan berkolaborasi dalam mengolah informasi serta untuk berfungsi optimal.

Secara anatomi, otak kita memang terbagi dua, hemisfer kanan dan kiri yang dihubungkan oleh corpus callosum. Otak kanan mengontrol sisi tubuh bagian kiri dan otak kiri mengontol sisi tubuh bagian kanan. Nah menurut paham otak kanan-otak kiri, kalau kita mau lebih kreatif, diasumsikan kita perlu menggunakan tubuh bagian kiri untuk membangunkan sisi kreatif kita yang bermukim  di otak kanan. Ini ngaco dan omong kosong belaka! Kalau begitu apa semua orang yang kidal lebih kreatif? Kan tidak juga. Bagi orang yang kidal, otak kanannya akan lebih dominan terkait kemampuannya dalam mengontrol tangan kirinya[1].

Tapi memang ada beberapa fungsi otak yang bisa dibilang terfokus pada satu sisi, seperti bahasa. Ada dua area otak di hemisfer kiri yang penting terkait dengan kemampuan berbicara yaitu area Broca dan pemahaman bahasa yaitu area Wernicke. Tapi bukan berarti otak kanan gaji buta. Sementara otak kiri berperan dalam tatabahasa, sebagai kamus, merangkai dan mengucapkan kalimat[2]. Otak kanan berperan penting dalam memahami konteks kalimat atau bahasa dan aspek dari wicara seperti intonasi dan aksentuasi. Dari sini, bisa terlihat untuk berkomunikasi dengan baik, kedua sisi otak harus bekerjasama dan berbagi informasi.

Otak merupakan sebuah jaringan yang besar dan kompleks yang melibatkan berbagai bagian untuk berbagi informasi dan berkolaborasi, bukannya berkompetisi.

Terlebih, struktur dan fungsi otak kanan dan kiri saya akan berbeda dengan otak kamu. Jadi mengelompokkan orang ke dalam dua kategori besar itu sangat membatasi dan generalisasi yang berlebihan.

Paham sih kenapa orang senang dengan tes kepribadian. Karena bisa memberi jawaban cepat dan sederhana tentang siapa diri kita.

Kesimpulannya, secara struktur, memang betul otak terbagi menjadi dua yaitu hemisfer kanan dan kiri. Tapi berdasarkan studi berskala besar yang dilakukan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang memperlihatkan bahwa manusia terlahir dengan sisi otak yang lebih dominan[3].

Syaraf  dan bagian-bagian otak kita ini senang bergotong royong, sangat guyub dan sosial. Semakin saya belajar dan tahu soal otak, semakin saya paham arti dan esensi sebagai manusia yang merupakan makhluk sosial. Untuk berfungsi optimal dan sehat secara fisik dan psikis, kita tidak bisa hidup sendiri. Sama seperti syaraf-syaraf di otak yang selalu berkomunikasi dan bekerjasama.

Syaraf  dan bagian-bagian otak kita ini senang bergotong royong, sangat guyub dan sosial. Semakin saya belajar dan tahu soal otak, semakin saya paham arti dan esensi sebagai manusia yang merupakan makhluk sosial. Untuk berfungsi optimal dan sehat secara fisik dan psikis, kita tidak bisa hidup sendiri.

 


[1] Functional activation in motor cortex reflects the direction and the degree of handedness | PNAS

[2] What is right-hemisphere contribution to phonological, lexico-semantic, and sentence processing?: Insights from a meta-analysis - ScienceDirect

[3] An Evaluation of the Left-Brain vs. Right-Brain Hypothesis with Resting State Functional Connectivity Magnetic Resonance Imaging (plos.org)

Related Articles

Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024
Card image
Self
Pendewasaan dalam Hubungan

Pendewasaan diri tidak hadir begitu saja seiring usia, melainkan hasil dari pengalaman dan kesediaan untuk belajar menjadi lebih baik. Hal yang sama juga berlaku saat membangun hubungan bersama pasangan.

By Melisa Putri
06 April 2024