Self Lifehacks

Mengelola Rasa Insecure dalam Diri

Kata insecure sepertinya kini bukanlah sebuah istilah yang asing bagi kita. Semua orang tentu punya hal-hal yang kita cemaskan di dalam diri sendiri. Aku juga pernah mengalami hal yang serupa. Hal ini bahkan berawal sedari aku kecil. Aku memang cukup terlambat belajar berbicara, dari informasi yang aku dengar biasanya seorang anak sudah mulai belajar berbicara sejak usia satu tahun, sedangkan aku baru belajar untuk berbicara saat usia tiga setengah tahun. Ketika aku bersiap untuk masuk playgroup.

Keterlambatanku dalam belajar berbicara ternyata masih cukup berdampak hingga memasuki masa remaja. Ini berpengaruh terhadap bagaimana kemampuan sosialku  terbentuk, aku terbilang sulit berteman, terlebih dengan kepribadian yang memang pendiam. Kebanyakan teman yang aku punya saat kecil adalah hasil dari bantuan orang tua.

Hingga di masa-masa SMP dan SMA aku kerap kali menjadi sasaran perundungan teman-teman. Besar kemungkinan karena aku hanya diam. Secara akademis, aku bukan anak yang paling bersinar, meski kedua orang tua memang sangat mengarahkanku untuk mendapat nilai yang baik di sekolah. Saat ada nilai pelajaran yang tidak sesuai ekspektasi, terkadang aku dihukum atau juga dibandingkan dengan nilai anak-anak lain.

Kini, media sosial juga berperan penting terhadap bagaimana cara kita menghargai diri sendiri. Semakin lama kita berada di media sosial, semakin mudah pula kita membandingkan hidup dengan orang lain. Padahal, membandingkan hidup dengan orang lain adalah sumber utama dari hilangnya kepercayaan kita pada diri sendiri.

Singkatnya, aku tumbuh dengan kecemasan mengenai pencapaian dan juga kemampuanku dalam bersosialisasi dengan banyak orang. Kendati begitu, aku selalu percaya bahwa rasa insecure bukan penyakit, ini adalah perasaan yang sangat manusiawi. Ini tidak akan hilang tetapi bisa coba dikelola dengan lebih baik sehingga tidak membuat hidup kita terpuruk. Pengelolaan rasa insecure ini harus diusahakan dan niatnya memang harus datang dari diri sendiri.

Pengelolaan rasa insecure ini harus diusahakan dan niatnya memang harus datang dari diri sendiri.

Salah satu usaha yang aku lakukan adalah dengan belajar lebih banyak. Dulu aku percaya bahwa kemampuan untuk berbicara di depan publik adalah sebuah kemampuan yang eksklusif bagi si ekstrovert. Padahal ini bisa dipelajari. Di tahun 2020 aku pernah mengikuti sebuah webinar yang juga membahas tentang insecurity, satu pelajaran yang bisa aku bawa saat itu adalah pemahaman bahwa kita harus menyadari dengan segala kekurangan yang kita miliki, kita tetap ciptaan Tuhan yang berharga.

Terkadang saat kita insecure, lantas kita merasa sendirian dalam menghadapi ini. Untuk itu aku mulai membagikan konten mengenai insecurity melalui akun Pemuda Langgas. Sebenarnya aku sudah mulai berbagi di media sosial sejak tahun 2019, kurang lebih seputar topik pengembangan diri. Tapi aku sadar keterbatasan latar belakang pendidikanku yang bukan seorang psikolog, rasanya ada orang lain yang lebih berhak dan berwawasan untuk membahas seputar kesehatan mental. Maka, aku memilih berbagi seputar insecurity berdasarkan apa yang sudah aku lalui.

Menurutku, rasa insecure akan selalu ada di dalam hidup kita. Baik itu kemarin, hari ini, atau di masa mendatang. Ini bukan kesalahan, ini adalah bagian dari proses kehidupan kita sebagai manusia. Dari pada terlalu sibuk menyalahkan diri akan kekurangan yang kita miliki, lebih baik kita menggunakan energi untuk mencari jalan untuk bisa memperbaiki diri agar lebih baik dari kemarin.

Menurutku, rasa insecure akan selalu ada di dalam hidup kita. Baik itu kemarin, hari ini, atau di masa mendatang. Ini bukan kesalahan, ini adalah bagian dari proses kehidupan kita sebagai manusia.

Fokus saja pada hidup kita sendiri. Setiap orang menjalani hidup yang berbeda-beda dengan berbagai latar belakang, hingga sepertinya tidak adil kalau kita membandingkan hidup dengan orang lain. Rasa insecure tidak akan sepenuhnya hilang dari hidup, tugas kita adalah menemukan cara agar ini tidak membuat kita terpuruk. Percayalah bahwa Tuhan tidak akan menciptakan makhluk yang sia-sia.

Rasa insecure tidak akan sepenuhnya hilang dari hidup, tugas kita adalah menemukan cara agar ini tidak membuat kita terpuruk. Percayalah bahwa Tuhan tidak akan menciptakan makhluk yang sia-sia.

Related Articles

Card image
Self
Usaha Menciptakan Ruang Dengar Tanpa Batas

Aku terlahir dalam kondisi daun telinga kanan yang tidak sempurna. Semenjak aku tahu bahwa kelainan itu dinamai Microtia, aku tergerak untuk memberi penghiburan untuk orang-orang yang punya kasus lebih berat daripada aku, yaitu komunitas tuli. Hal ini aku lakukan berbarengan dengan niatku untuk membuat proyek sosial belalui bernyanyi di tahun ini.

By Idgitaf
19 May 2024
Card image
Self
Perjalanan Pendewasaan Melalui Musik

Menjalani pekerjaan yang berawal dari hobi memang bisa saja menantang. Menurutku, musik adalah salah satu medium yang mengajarkanku untuk menjadi lebih dewasa. Terutama, dari kompetisi aku belajar untuk mencari jalan keluar baru saat menemukan tantangan dalam hidup. Kecewa mungkin saja kita temui, tetapi selalu ada opsi jalan keluar kalau kita benar-benar berusaha berpikir dengan lebih jernih.

By Atya Faudina
11 May 2024
Card image
Self
Melihat Dunia Seni dari Lensa Kamera

Berawal dari sebuah hobi, akhirnya fotografi menjadi salah satu jalan karir saya hingga hari ini. Di tahun 1997 saya pernah bekerja di majalah Foto Media, sayang sekali sekarang majalah tersebut sudah berhenti terbit. Setelahnya saya juga masih bekerja di bidang fotografi, termasuk bekerja sebagai tukang cuci cetak foto hitam putih. Sampai akhirnya mulai motret sendiri sampai sekarang.

By Davy Linggar
04 May 2024