Self Lifehacks

Mengenali Anatomi Perasaan

David Irianto

@tygerd

Co-founder Greatmind & Kurator Konten

Setiap hari kita selalu dihadapkan dengan berbagai perasaan yang hadir dalam diri. Untuk dapat memahami bagaimana dan dari mana perasaan itu muncul, mari kita bahas anatomi dari perasaan, emosi dan mood. Pertama adalah emosi, yang dapat dimaknai sebagai reaksi secara sadar yang kita tunjukkan sebagai respons dari sebuah kejadian. Kedua adalah perasaan atau feeling, bersifat lebih general dan subjektif yang masih berkaitan dengan emosi. Ketiga ada mood, sebuah tahapan emosional yang terjadi dalam jangka waktu yang lebih panjang. Terakhir adalah affect¸ bagian dari perasaan dengan pendekatan yang lebih ilmiah meliputi feeling, mood, dan emosi.

Terkadang kita sulit membedakan antara emosi dan mood. Padahal sebenarnya kedua hal ini memiliki perbedaan. Emosi disebabkan oleh faktor yang bersifat eksternal berupa suatu kejadian khusus, sedangkan mood tidak memiliki penyebab yang dapat diidentifikasi dengan jelas. Durasi waktu dari emosi dan mood juga berbeda, karena mood biasanya bertahan dalam jangka waktu yang lebih panjang jika dibandingkan dengan emosi. Secara sifat emosi biasanya lebih spesifik dibandingkan mood yang lebih general, hanya terdiri dari mood positif atau. Secara tampilan fisik juga emosi lebih mudah diidentifikasi karena dapat terlihat dari ekspresi wajah, sebaliknya mood umumnya tidak ditandai oleh ekspresi wajah yang spesifik. Emosi biasanya hadir sebagai bentuk respons kita terhadap hal tertentu atau dapat dikatakan tergantung dari faktor eksternal. Di sisi lain, mood merupakan hasil internalisasi dari hal yang kita pikirkan secara terus menerus.

Sering kali kita temukan ungkapan untuk jangan terlalu menggunakan perasaan, sesekali harus menggunakan logika. Padahal, perasaan dan logika diproses ditempat yang sama yaitu otak kita. Ada satu bagian di otak kita yang bernama Amigdala. Ini lah tempat kita mengidentifikasikan emosi di wajah orang lain. Kemudian ada juga ada bagian Orbitofrontal Cortex, yang menjadi tempat kita untuk memroses bahasa, penalaran, hingga kesadaran.

Sering kali kita temukan ungkapan untuk jangan terlalu menggunakan perasaan, sesekali harus menggunakan logika. Padahal, perasaan dan logika diproses ditempat yang sama yaitu otak kita.

Menurut Nesse (1990), perasaan sendiri memiliki beberapa komponen yaitu subjektif, fisiologis, dan ekspresif. Komponen subjektif adalah komponen yang dialami secara personal dan cenderung mengarah pada area psikologis. Fisiologis adalah komponen yang berkaitan erat dengan respon tubuh secara biologis seperti berkeringat, jantung berdegup kencang, atau kaki lemas. Komponen ketiga adalah ekspresif yaitu bagaimana cara kita menyikapi suatu kejadian seperti terharu, tertawa, dan lain sebagainya.

Ada beberapa teori mengenai bagaimana cara kita mengolah perasaan. Pertama adalah cara yang diungkapkan oleh James-Lange yaitu sebagai sebuah proses saat kita menghadapi suatu kejadian yang akhirnya menghasilkan gejala secara fisik. Contohnya dapat digambarkan melalui kalimat “saya takut karena saya gemetar”. Teori berikutnya dikemukakan oleh Cannon-Bard, yang mengatakan bahwa emosi yang kita rasakan muncul karena sebuah kejadian dan kemudian direspon secara bersamaan oleh sensasi fisik dan emosi. Dapat diilustrasikan dengan kalimat “kejadian itu membuat saya takut dan gemetar”. Teori ketiga adalah teori dari Schachter-Singer, ada dua proses yang terjadi saat kita menghadapi sebuah kejadian yaitu proses fisik berikut kognitif lalu selanjutnya kita merasakan emosi. Dapat dipahami dengan kalimat “saya menamai gemetar saya sebagai takut karena saya menilai kejadian tersebut berbahaya”.

Ketika membahas soal perasaan, emosi, atau pun mood terkadang kita terlalu fokus membahas sisi negatif yang kita rasakan. Sebenarnya, secara umum kita cenderung lebih sering merasakan perasaan positif dalam kehidupan sehari-hari. Kendati demikian memang tidak bisa dielakkan bahwa terkadang perasaan negatif yang kita rasakan seperti sedih atau kecewa berdampak lebih besar dan nyata terhadap kondisi mental kita. Saat merasakan emosi negatif jangan biarkan diri kita tenggelam terlalu dalam, jangan pula menghindari emosi negatif yang sedang kita rasakan. Setiap emosi yang ada dalam diri harus kita rasakan dan resapi lalu kemudian kita proses dengan metode yang tepat. 

Ketika membahas soal perasaan, emosi, atau pun mood terkadang kita terlalu fokus membahas sisi negatif yang kita rasakan. Sebenarnya, secara umum kita cenderung lebih sering merasakan perasaan positif dalam kehidupan sehari-hari.

Related Articles

Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024
Card image
Self
Pendewasaan dalam Hubungan

Pendewasaan diri tidak hadir begitu saja seiring usia, melainkan hasil dari pengalaman dan kesediaan untuk belajar menjadi lebih baik. Hal yang sama juga berlaku saat membangun hubungan bersama pasangan.

By Melisa Putri
06 April 2024