Self Lifehacks

On Marissa's Mind:Memaafkan

Marissa Anita

Jurnalis & Aktris

Permintaan maaf dan pengampunan yang tulus membawa damai bagi yang meminta dan memberikan. Pengampunan bisa sangat menyembuhkan. Maka itu tidak heran jika sejumlah kultur dan kepercayaan di dunia punya hari khusus dimana orang-orang saling memaafkan, merayakan pengampunan — Paskah, Idul Fitri, Kshamavani, Yom Kippur, banyak lagi.

Dari kacamata ilmu psikologi, pengampunan adalah ketika seseorang mengambil keputusan secara sadar dan sengaja untuk melepaskan perasaan dendam atau kebencian terhadap seseorang atau kelompok yang telah menyakitinya, terlepas dari apakah mereka benar-benar pantas mendapatkan pengampunan atau tidak. Pengampunan juga berarti dengan welas asih melepaskan keinginan untuk menghukum seseorang (atau diri sendiri) atas suatu kesalahan.

Pengampunan berdampak positif bagi yang memberi dan menerima. Ketika kita memaafkan seseorang, kita melepaskan diri dari dendam dan amarah — borgol energi negatif. Peneliti Fred Luskin mengatakan, ketika seseorang memendam amarah dan kebencian, tubuhnya mengeluarkan hormon kortisol dan adrenalin — hormon yang membuat cemas dan stres. Studi juga menunjukkan, amarah yang luar biasa juga bisa meningkatkan resiko penyakit jantung. Sebaliknya, pengampunan menyehatkan mental, menggembirakan hati, menenangkan hidup dan membuat kita lebih terhubung dengan sekitar.

Apakah memaafkan berarti melupakan kesalahan yang pernah terjadi?

Para ahli yang mempelajari dan mengajarkan pengampunan menekankan, memaafkan bukan berarti mengabaikan, melupakan atau bahkan menyangkal keseriusan perlakuan buruk orang lain terhadap kita; atau menganggap kesalahan yang terjadi itu tidak apa-apa. Pengampunan juga bukan berarti kita harus berdamai dengan orang telah merugikan kita atau melepaskannya dari pertanggungjawaban hukum jika ada. Kita bisa memaafkan, di saat yang sama mengakui trauma yang kita alami sangat buruk dan nyata.

Memaafkan bukan menghapus masa lalu yang pahit, tapi mengingat kembali luka itu dengan bingkai baru yang bisa membawa kita ke kondisi hati lebih baik.

Memaafkan bukan menghapus masa lalu yang pahit, tapi mengingat kembali luka itu dengan bingkai baru yang bisa membawa kita ke kondisi hati lebih baik.

Misal, Anda ingat waktu kecil sering dipukuli orang tua. Setiap teringat hal itu, hati Anda terluka. Untuk memaafkan, Anda bisa mengingat dan menjadikan pengalaman sulit ini pelajaran untuk tidak mengulang kesalahan yang sama, menjadi orang tua hadir dan mampu mendidik anak-anak Anda dengan bijaksana. Memang, butuh kesadaran penuh untuk mengubah luka menjadi motivasi ke arah lebih baik. Latih terus kesadaran ini, Anda bisa.

Kita, manusia, adalah makhluk yang sangat tidak sempurna. Baiknya kita tidak sukar memaafkan karena dalam perjalanan hidup, pasti akan ada saat kita butuh dimaafkan.

Dalam proses pengampunan, tidak selalu ada permintaan maaf dari ia yang bersalah, karena berbagai alasan — bisa karena ia malu tapi gengsi, khawatir kelihatan lemah/bodoh, atau bisa karena ia tidak paham apa yang ia lakukan secara sengaja atau tidak sengaja itu telah menyakiti Anda. Ketika kondisinya seperti ini pun Anda masih bisa memaafkan.

Karena pada akhirnya, ketika Anda mengampuni, Anda-lah yang merasakan manfaat paling besar: mencapai damai dalam diri. Pengampunan yang tulus membebaskan kita dari perasaan negatif agar bisa melanjutkan hidup dengan tenang di sisa waktu yang ada. It’s about letting go to move on to a better state of being.

Bagaimana cara memaafkan? 

Perlu proses. Proses dimana kita mengakui amarah, merasakan sakitnya, memahami luka itu, hingga sampai ke pengampunan. Lebih detilnya, menurut psikolog Robert Enright ada empat langkah pengampunan:

(1) Singkap dan pahami amarah dengan menelusuri akarnya. Menulis surat kepada orang yang menyakiti Anda adalah cara yang ampuh dalam proses memaafkan seseorang. Jika pun Anda akhirnya tidak mengirimkan surat ini pada ia yang telah menyakiti Anda, proses menulis ini membantu menjernihkan pikiran Anda sendiri.

(2) Memaafkan adalah sebuah keputusan. Kita bisa memilih untuk memaafkan kapan saja. Karena sejujurnya, memendam atau mengabaikan amarah tidak membuat hati tenang bukan? Memaafkan membantu kita maju dari trauma yang berpotensi memborgol kita ke masa lalu.

(3) Ini tidak mudah tapi penting untuk dicoba: menumbuhkan pengampunan dengan melihat orang yang telah menyakiti Anda dengan kaca mata welas asih. Anda bisa renungkan apa akar dari kelakuan yang berujung menyakitkan ini — apakah memang karena niat jahat atau karena didorong suatu situasi atau luka dalam hidupnya.

Contoh: sebut saja Tanta. Tanta selalu haus perhatian banyak perempuan. Ini membuatnya menjadi suami yang tidak setia bagi Sari, istrinya; dan ayah yang tak terlalu bisa diandalkan bagi Lisa, anaknya. Mungkinkah Lisa mengampuni Tanta? 

Lisa bisa mulai mengampuni Tanta dengan melihat masa muda Tanta dari kaca mata welas asih. Waktu kecil, ayah Tanta jarang di rumah karena sibuk bekerja. Ibu Tanta sibuk mengurus empat saudara lainnya. Tanta anak yang sangat kurang perhatian orang tua sehingga tumbuh dewasa sangat haus perhatian dan pujian dari mana saja - termasuk dari perempuan. Dalam hal ini, bukan berarti Lisa menganggap perilaku buruk Tanta dirinya dan ibunya tidak apa-apa. Ketika Lisa memahami akar derita Tanta, ini membantu Lisa untuk mengampuni Tanta, demi melanjutkan hidup lebih tenang. 

(4) Lepaskan emosi yang membahayakan kesehatan Anda dengan renungkan bagaimana Anda telah tumbuh dari pengalaman menyakitkan itu dan dari pengampunan itu sendiri.

Lagi-lagi, pengampuanan adalah proses. Anda mungkin tidak akan pernah bisa memaafkan ia yang telah menyakiti Anda sepenuhnya. Dari skala 1-10, Anda mungkin hanya bisa mencapai 7 atau 8. Tak masalah. Ini masih jauh lebih baik daripada tidak sama sekali.

Mereka yang hidup dengan baik adalah mereka yang berusaha keras melepas amarah dan kebencian dan menemukan cara untuk memaafkan orang lain. Mereka yang hidup lebih tenang adalah mereka yang tidak lupa luka, namun tidak membiarkan dirinya terus menjadi korban pengalaman pahit atau trauma.

Mereka yang hidup dengan baik adalah mereka yang berusaha keras melepas amarah dan kebencian dan menemukan cara untuk memaafkan orang lain. Mereka yang hidup lebih tenang adalah mereka yang tidak lupa luka, namun tidak membiarkan dirinya terus menjadi korban pengalaman pahit atau trauma.

 

Referensi:

Harvard Health Publishing (2014, December). From irritated to enraged: Anger's toxic effect on the heart. Retrieved 27 April 2021 https://www.health.harvard.edu/heart-health/from-irritated-to-enraged-angers-toxic-effect-on-the-heart

The Importance of Atonement https://www.youtube.com/watch?v=z3Nj6jEIFmY&ab_channel=TheSchoolofLife (TSoL, 2017b)

How to Forgive https://youtu.be/d-K5btaxEFY (TSoL, 2017)

Why and How to Say Sorry (https://www.youtube.com/watch?v=EtXi4mCmD5E&ab_channel=TheSchoolofLife) (TSoL, 2016).

Dolph Lundgren Ted, On Healing and Forgiveness, Tedx Fulbright Santa Monica (https://youtu.be/iNOE0dZpHcY)

Forgiveness vs. Reconciliation https://www.psychologytoday.com/us/blog/in-therapy/201303/forgiveness-vs-reconciliation (Howes, 2013)

The Power of Forgiveness: Why Revenge Doesn’t Work https://www.psychologytoday.com/us/blog/emotional-freedom/201109/the-power-forgiveness-why-revenge-doesnt-work?collection=1071088 (Orloff, 2011)

Understanding Forgiveness https://www.psychologytoday.com/us/blog/your-emotional-meter/202010/understanding-forgiveness (Cohen, 2020).

7 Rules of Forgiveness https://www.psychologytoday.com/us/blog/do-the-right-thing/201403/7-rules-forgiveness (Plante, 2014).

Psychology Today https://www.psychologytoday.com/us/basics/forgiveness (Psychology Today, n.d.)

The Psychology of Forgiveness https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-addiction-connection/201409/the-psychology-forgiveness (Khoddam, 2014).

 

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024