Self Lifehacks

Penerimaan dan Angka-Angka di Media Sosial

Hidup kita saat ini berkaitan erat dengan media sosial, termasuk bagaimana cara kita memandang seseorang. Tak jarang kita menjadikan apa yang terlihat di media sosial sebagai tolok ukur dalam menilai pencapaian diri sendiri atapun orang lain. Entah sejak kapan hidup kita rasanya berputar pada angka-angka yang ada di media sosial. Kumpulan angka ini kini sulit untuk tidak kita jadikan salah satu indikasi keberhasilan diri.

Entah sejak kapan hidup kita rasanya berputar pada angka-angka yang ada di media sosial. Kumpulan angka ini kini sulit untuk tidak kita jadikan salah satu indikasi keberhasilan diri.

Hidup kini seolah hanya tentang angka dan angka. Hal ini ternyata juga berakibat pada perubahan cara sebagian orang dalam bersikap. Ada banyak orang, termasuk individu yang berkecimpung di dunia kreatif atau kreator konten, lantas rela melakukan apa saja demi mendapatkan “angka” yang diinginkan. Tanpa sadar mungkin ia melakukan hal bodoh atau bahkan buruk hanya untuk mendapatkan penilaian baik dari angka-angka yang bisa kita lihat di media sosial.

Kami kemudian melihat fenomena ini dan membagikan cara pandang kami melihat hal ini melalui lagu “Catwalk”. Bukan, lagu ini sama sekali tidak berhubungan dengan dunia mode. Melainkan sebuah analogi bagaimana seseorang berusaha mendapat perhatian dan penerimaan dari khalayak ramai, tanpa sadar mungkin telah mengambil keputusan yang sebetulnya tidak baik bagi dirinya sendiri di masa depan.

Media sosial sebenarnya bagaikan pisau bermata dua. Di satu sisi, sebenarnya media sosial perlu diakui memberikan peluang lebih besar bagi banyak orang untuk mendapatkan kesempatan-kesempatan baik dalam hidupnya. Di sisi lain, jika hal ini tidak dijalankan dengan hati-hati dan pertimbangan matang, ini juga bisa memberikan dampak buruk bagi diri kita.

Obsesi akan penerimaan dan pengakuan dari orang lain ini kemudian bisa berdampak pada hilangnya jati diri seseorang. Kami percaya bahwa setiap orang pada dasarnya memiliki ciri khas dan warnanya sendiri-sendiri. Untuk tetap mempertahankan jati diri, terutama dalam hal berkarya di tengah derasnya tren di media sosial, kami selalu berusaha terus mengingat alasan kenapa kami mulai bermusik.

Dulu, saat masih muda, salah satu sumber kebahagiaan adalah saat belajar dan menemukan hal-hal baru. Kemudian saat beranjak dewasa dan berkenalan dengan ekspektasi, kita mulai menyalahkan diri sendiri saat tidak mampu melampaui ekspektasi yang kita buat sendiri. Latas, alih-alih melakukan sesuatu karena kebahagiaan menjalani prosesnya kita mulai kehilangan arah dan menjalankan sesuatu demi pengakuan dari orang lain. Kamu mungkin juga pernah atau sedang melalui fase ini.

Ada batasan yang sangat tipis antara gagal dan tidak saat berkarya. Menurut kami, pada akhirnya hidup adalah serangkaian pelajaran yang akan selalu kita jalani dari hari ke hari. Kita akan terus belajar untuk bertumbuh sebagai individu dan menemukan tujuan yang sebenarnya kita inginkan. Untuk itu kami selalu berusaha untuk tidak tenggelam dalam pikiran negatif selama prosesnya dan memilih untuk terus berproses dan berkarya.

Menurut kami, pada akhirnya hidup adalah serangkaian pelajaran yang akan selalu kita jalani dari hari ke hari. Kita akan terus belajar untuk bertumbuh sebagai individu dan menemukan tujuan yang sebenarnya kita inginkan.

Salah satu hasilnya adalah album “Chalawan Sound” yang baru-baru ini kami rilis. Nama Chalawan sendiri memang diambil dari sebuah cerita rakyat di Thailand yang bercerita tentang sebuah kisah cinta yang tak sampai antara seorang monster dan putri kerajaan. Meski begitu sebenarnya kami mengambil nama “Chawalan Sound” karena bisa menyampaikan nuansa retro yang ingin kami hadirkan di album kali ini.

Album “Chalawan Sound” memberikan nuansa musik retro era 1960-1970-an di Thailand. Ada banyak suara di album ini yang mengingatkan kami akan musik di era tersebut dan nama Chalawan seperti cocok dengan estetika yang ingin kami sampaikan. Album kami sebelumnya sudah banyak bercerita tentang cinta, kini kamu ingin berbagi tentang perasaan insecure dan juga ajakan untuk tetap menjaga asa sembari menikmati apa yang kita miliki hari ini.

Related Articles

Card image
Self
Usaha Menciptakan Ruang Dengar Tanpa Batas

Aku terlahir dalam kondisi daun telinga kanan yang tidak sempurna. Semenjak aku tahu bahwa kelainan itu dinamai Microtia, aku tergerak untuk memberi penghiburan untuk orang-orang yang punya kasus lebih berat daripada aku, yaitu komunitas tuli. Hal ini aku lakukan berbarengan dengan niatku untuk membuat proyek sosial belalui bernyanyi di tahun ini.

By Idgitaf
19 May 2024
Card image
Self
Perjalanan Pendewasaan Melalui Musik

Menjalani pekerjaan yang berawal dari hobi memang bisa saja menantang. Menurutku, musik adalah salah satu medium yang mengajarkanku untuk menjadi lebih dewasa. Terutama, dari kompetisi aku belajar untuk mencari jalan keluar baru saat menemukan tantangan dalam hidup. Kecewa mungkin saja kita temui, tetapi selalu ada opsi jalan keluar kalau kita benar-benar berusaha berpikir dengan lebih jernih.

By Atya Faudina
11 May 2024
Card image
Self
Melihat Dunia Seni dari Lensa Kamera

Berawal dari sebuah hobi, akhirnya fotografi menjadi salah satu jalan karir saya hingga hari ini. Di tahun 1997 saya pernah bekerja di majalah Foto Media, sayang sekali sekarang majalah tersebut sudah berhenti terbit. Setelahnya saya juga masih bekerja di bidang fotografi, termasuk bekerja sebagai tukang cuci cetak foto hitam putih. Sampai akhirnya mulai motret sendiri sampai sekarang.

By Davy Linggar
04 May 2024