Self Health & Wellness

Sebuah Kompas Kehidupan

Archie Wirija

@archiewirija

Pendiri Platform Sosial

Fotografi Oleh: Ayunda Kusuma Wardani

Ada kalanya manusia tiba di saat ia mempertanyakan apa tujuan hidupnya dan mencoba mencari tahu jawaban atas keberadaannya di muka bumi ini. Beberapa tahun yang lalu, saya pun mengalaminya. Di masa-masa pencarian seperti itulah, melalui pembacaan kitab suci, saya memutuskan untuk mendekatkan diri pada Tuhan.

Bagi saya, dalam skema hubungan antara Pencipta dan ciptaannya, kitab suci merupakan penghubung yang memungkinkan komunikasi timbal balik terjadi di antara keduanya. Dalam kitab suci, Tuhan menyampaikan petunjuk, aturan dan anjurannya pada ciptaannya. Sebaliknya, manusia membaca ayat-ayat suci yang disampaikan dan merespon firman-Nya melalui doa yang dipanjatkan. Entah menyampaikan rasa syukur, keluh kesah, atau memohon sesuatu, sebuah komunikasi dua arah tercipta melalui medium kitab suci.

Selain sebagai sarana komunikasi, kitab suci pun berperan dalam menuntun kita menjalani hidup di dunia. Kehidupan ini tidak kekal. Setelah dunia, terdapat tingkat selanjutnya yang akan kita temui dan jalani sebagai bagian dari perjalanan pulang kembali ke tempat-Nya. Layaknya peta beserta kompas yang melengkapi, bagi saya, melalui kitab suci inilah petunjuk arah dari Tuhan tertulis agar kita tidak tersesat saat menemukan jalan pulang. Karena pentingnya peran kitab suci dalam hidup, sudah selayaknya apa yang tertuang di dalamnya dapat dipahami dan dirasakan oleh siapa pun tanpa batas. Oleh sebab itu, kita butuh dapat memahami arti ayat-ayat yang disampaikan dengan baik – yang sebenarnya belum tentu tertulis dalam bahasa yang kita kuasai.

Sebuah kita suci diturunkan oleh Tuhan untuk seluruh umatnya dimana pun mereka berada tanpa memandang suku, ras, etnis, budaya, maupun bahasa yang digunakan. Tuhan menciptakan manusia dengan akal, sikap baik, serta kepedulian untuk dapat menyebarkan ajarannya yang tertulis dalam kitab-Nya kepada saudara-saudaranya agar tidak tersesat di dunia ini, dalam bahasa masing-masing yang dipahaminya.

Dari sini,  dalam suatu kesempatan, saya menyadari bahwa kita memiliki kekurangan dari kitab suci Al-Qur'an dalam bentuk rekaman audio yang menyertakan bahasa Arab, Indonesia, dan Inggris dalam format yang mudah diakses. Padahal, saya tinggal di negara dengan jumlah populasi umat Muslim terbesar. Saya rasa, ayat-ayat kitab suci sebaiknya memiliki berbagai format yang memungkinkan kita membaca, mendengar, dan memahaminya secara lebih mudah setiap saat.

Dengan latar belakang saya di bidang musik, mulailah saya mengumpulkan teman-teman dan mengajak mereka yang tertarik bergabung, untuk membaca Al-Qur'an bersama serta merekam ayat-ayat suci tersebut untuk dijadikan satu kesatuan kompilasi. Proyek ini dinamakan QuranIDproject. Tiap orang boleh memilih ayat Al-Qur'an favoritnya untuk dibaca dan direkam. Harapannya melalui cara ini, akan tumbuh rasa cinta dan memiliki kitab suci Al-Qur'an dalam diri setiap orang.

Setelah kurang lebih 4 tahun berjalan dengan total 427 kontributor, proyek ini berhasil selesai dengan merekam seluruh ayat Al-Qur'an beserta terjemahan bahasa Indonesia dan Inggris yang menyertainya. Sebenarnya bila tujuan proyek ini hanya sekedar membuat audio rekaman Al-Qur'an, dalam waktu singkat dapat diselesaikan. Saya bisa saja mengundang mereka yang memang lancar membaca Al-Qur'an untuk langsung membaca sekian banyak ayat. Namun, bukan itu tujuannya. Melalui proyek ini, saya ingin mengajak siapa saja untuk berpartisipasi. Karena sejatinya, Al-Qur'an diturunkan untuk semua manusia. Baik mereka yang sudah lancar, yang belum, atau masih belajar membaca, semuanya dapat ikut serta menyumbangkan suara mereka untuk melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Bahkan bagi mereka yang belum begitu lancar membaca, dengan ambil bagian dalam proyek ini, secara tidak langsung akan menumbuhkan kesadaran pada diri mereka untuk kembali belajar membaca agar meningkatkan tingkat kelancarannya.

Suatu hal yang baik, menurut saya sudah sebaiknya disebarkan. Dan sesuai fungsinya yang merupakan medium perantara, kitab suci berhak untuk dapat dipahami oleh siapapun sebagai petunjuk hidup - termasuk mereka yang memiliki keterbatasan. Sempat terpikir dalam benak, bagaimana mereka yang memiliki keterbatasan mendengar dapat menikmati suara rekaman Al-Qur'an?

Bagi mereka yang Tuli, mereka mungkin tidak dapat mendengar suara Al-Qur'an yang kita rekam. Namun, setiap orang pasti memiliki bahasa yang dikuasainya untuk saling berkomunikasi. Dan bahasa isyarat adalah bahasa yang dapat digunakan oleh mereka yang berketerbatasan mendengar untuk memahami Al-Qur'an. Alih-alih mencoba mengajari mereka menikmati ayat suci dalam bahasa yang kita kuasai, mengapa tidak kita, orang Dengar, membuat suatu cara agar Al-Qur'an dapat juga dipahami dan dinikmati oleh teman-teman Tuli? Berangkat dari sini, pada suatu kesempatan di bulan Ramadhan, QuranIDproject mengajak teman-teman Tuli untuk dapat ‘mendengar’ dan ikut merasakan takbir yang selalu meramaikan Hari Raya, yang dikumandangkan menggunakan bahasa isyarat.

Bahasa isyarat adalah hal yang sama sekali baru bagi saya dan juga teman-teman relawan dalam proyek ini. Namun, sudah seharusnya setiap manusia mencoba untuk dapat saling peduli satu sama lainnya dalam kebaikan, bukan? Memahami kitab suci adalah hak siapa saja. Bila bukan kita yang mencoba membantu mereka yang memiliki keterbatasan untuk  ikut memahami, siapa lagi yang akan berbuat demikian?

Tuhan menganjurkan kita memiliki hubungan seimbang antara diri kita dengan-Nya, dan diri kita dengan saudara sesama. HabluminAllah dan Habluminannas. Dunia memang ladang bergiat dan beribadah untuk kehidupan selanjutnya. Namun semua itu tidak akan berarti apa-apa bila kita melupakan esensi Tuhan menciptakan saudara sesama untuk kita saling menjalin hubungan harmonis, relasi, dan koneksi dalam menjalankan perintah-Nya. Tidak ada artinya berusaha menjadi yang terbaik dengan sendirinya bila kita tidak ikut mengajak yang lain untuk ikut serta. Tanpa keseimbangan, tidak ada keharmonisan yang akan membuat kita merasa bahagia, tercukupi, dan berguna. Karena bagaimanapun juga, manusia yang paling baik adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain.

 

 

 

Related Articles

Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024
Card image
Self
Pendewasaan dalam Hubungan

Pendewasaan diri tidak hadir begitu saja seiring usia, melainkan hasil dari pengalaman dan kesediaan untuk belajar menjadi lebih baik. Hal yang sama juga berlaku saat membangun hubungan bersama pasangan.

By Melisa Putri
06 April 2024