Self Lifehacks

Untuk Apa Hidup: Semua Akan Berakhir

Joshua Budiman

@jb0193

Pebisnis dan Penulis

Aku ingin memulai dengan sebuah pertanyaan, “Jika hari ini adalah hari terakhir hidupmu, apa yang akan kamu lakukan?” 

Rata-rata manusia masa kini, hidup sampai usia 80 tahun atau 29,200 hari. Untuk kita yang berusia 18, 23, 30 tahun, mungkin usia 80 tahun masih terhitung waktu yang panjang. “Masih ada waktu kok” sering kali jadi bahasa yang kita pakai untuk memotivasi diri atau sebagai bahan canda bersama teman kita. Pertanyaannya, bagaimana dengan orang meninggalkan dunia dengan tiba-tiba? 

Takdir bukan sesuatu yang bisa kita tebak. Ada hal-hal di luar nalar yang mungkin terjadi. Tapi satu hal yang pasti, baik usia kita panjang atau pendek, kita semua akan meninggal pada akhirnya. Meninggal dunia terjadi tanpa memandang siapa kita. 

Tidak peduli berapa tabungan atau jumlah followers kita, juga tidak peduli apakah mimpi kita sudah tercapai atau belum. Menjadi sesuatu yang menyedihkan ketika kita meninggal tanpa sempat meraih impian. Tapi tahukah teman-teman, sekalipun ketika kita mencapai kesuksesan finansial, bisnis raksasa, berdampak besar, dan semua itu masih tersisa saat kita meninggal, pada akhirnya semua itu juga akan berakhir.

Aku pikir cara pandang ini merupakan motivasi terbaik untuk setiap kita, kenapa? Karena dengan menyadari kita tidak selamanya ada, kita jadi sadar berharganya hidup. Kabar baiknya adalah kita masih punya waktu untuk hidup, entah berapa pun lamanya itu adalah durasi waktu yang kita punya. Setiap detik yang berjalan adalah waktu yang berharga.  Jadi, “jika hari ini adalah hari terakhir hidup Anda, apa yang Anda akan lakukan?”

Kabar baiknya adalah kita masih punya waktu untuk hidup, entah berapa pun lamanya itu adalah durasi waktu yang kita punya. Setiap detik yang berjalan adalah waktu yang berharga.

Aku secara tidak sengaja pernah mengalami 4 peristiwa yang hampir menyebabkan kematian. Di sekitar usia 14 tahun, pada hari Minggu, selepas dari gereja, aku pergi ke Pantai Sanur, Bali, bersama teman-teman dari gereja, ditemani oleh pemimpin remaja kami kala itu.

“Jika hari ini adalah hari terakhir hidup Anda, apa yang Anda akan lakukan?”

Aku senang sekali merasakan udara yang segar, ditemani ombak Pantai Sanur yang tak terlalu besar. Lalu aku melihat sesuatu seperti plastik berwarna biru, aku berenang dengan asyik tanpa sengaja terkena plastik tersebut. Seketika itu juga aku terkena tegangan listrik seluruh badan, dan jari-jari tangan Aku bengkak dan kesakitan seperti digigit puluhan semut merah bersamaan. Aku baru sadar kalau itu adalah ubur-ubur dengan ukuran sedang berwarna biru. 

Aku langsung menepi dan dibantu oleh teman-teman yang ada saat itu. Ketika pertolongan singkat tidak berhasil, aku dibawa naik mobil mencari klinik terdekat. Rasa sakit yang dirasakan awalnya dari perut hingga meremas ke jantung. Beberapa klinik yang aku kunjungi tutup karena hari minggu, hingga akhirnya sampai di klinik yang buka. Beruntung kami berhasil menemukan klinik yang buka dan mendapat pertolongan di saat yang tepat karena kalau terlambat 1 menit saya mungkin aku sudah tidak ada. Setelahnya aku baru tahu bahwa ternyata binatang tersebut bukan ubur-ubur melainkan spesies sifonofora, yaitu Portuguese man o war.

Peristiwa kedua saat aku kelas tiga SMA. Tiba-tiba ada sebuah gempa yang cukup kencang, kami sekelas bergegas keluar karena meja kelas sampai bergerak. Kami berada di lantai 4, kami bergegas turun. Di tengah perjalanan turun aku berhenti untuk mengingatkan teman-teman lain agar berhati-hati, tepat saat itu batu bangunan sekolah yang cukup besar jatuh di hadapanku. Kalau aku tidak berhenti, batu itu sudah jatuh tepat di atas kepalaku. Kondisi gedung aman setelah gempa, dan kami diliburkan pada hari itu. Di usia itu, aku merasa seperti berada di film action dan merasa keren karena bisa selamat dari gempa tersebut.

Saat usia 26 tahun, Aku berlibur ke Nusa Penida bersama keluarga. Pada salah satu destinasi, aku bersama saudara-saudariku menyelam menggunakan pelampung dipimpin salah satu kapal tradisional. Tiba-tiba setelah saudara-saudara aku naik ke kapal, kapal tersebut menyalakan mesin, karena mengira semua sudah naik. Aku tiba-tiba terseret arus laut saat itu dan terbawa ke bagian bawah salah satu kapal besar di Nusa Penida. Untungnya salah satu kru kapal besar membantu aku naik ke kapal besar dan aku terselamatkan. Aku tahu ini adalah momen hidup dan mati, di mana di bawah kapal itu ternyata ada baling-baling kapal yang menarik arus laut.

Pengalaman terakhir datang saat usiaku 28 tahun. Situasi terjadi di malam hari dalam persiapan perjalanan ke Bali dari Jakarta, aku sedang berada di rumah, sendiri. Istriku sedang keluar untuk mengisi bahan bakar dan kartu e-toll. Pada hari persiapan perjalanan, aku terkena sakit maag, aku sudah minum obat di siang hari dan sudah lebih baik. Tiba-tiba aku mengalami sakit perut yang sangat menyakitkan, hampir menyerupai pengalaman aku terkena sengat Portuguese man o war. Beruntung istriku pulang ke rumah dan langsung membawaku ke rumah sakit hingga aku bisa selamat.

Ada momen penting pada saat Aku sedang menunggu istriku dengan rasa sakit yang tidak tertahankan itu, Aku berpikir jika kematian datang pada saat itu, jika aku harus meninggal dan melepaskan setiap pencapaian, relasi, kesenangan, masalah, apa yang akan terjadi? Apakah Aku siap? Apakah Aku akan menyesali hidup?  Ternyata perasaan yang aku rasakan adalah tenang tanpa penyesalan, karena aku telah belajar berdamai dengan masa lalu, menghidupi masa kini, dan menganggap masa depan sebagai anugrah. Aku senang karena ketika aku belajar merefleksi diri selama ini, hal itu membantuku untuk mengubah perspektif, bahkan di saat menjelang kematian.

Hal terpenting dalam kehidupan ketika kita menemukan alasan untuk hidup adalah, kita bisa memahami semua akan berakhir, dan mulai melihat dunia dengan sudut pandang baru. 

Related Articles

Card image
Self
Kesediaan Membuka Pintu Baru Melalui Musik

Bagiku, membahagiakan sekali melihat saat ini sudah banyak musisi yang bisa lebih bebas mengekspresikan dirinya melalui berbagai genre musik tanpa ketakutan tidak memiliki ruang dari pendengar Indonesia.

By Mea Shahira
23 March 2024
Card image
Self
Berproses Menjadi Dewasa

Ada yang mengatakan usia hanyalah angka. Sebagian memahami hal ini dengan semangat untuk tetap muda, menjaga api dalam diri untuk terus menjalani hari dengan penuh harapan.

By Greatmind
23 March 2024
Card image
Self
Kala Si Canggung Jatuh Hati

Bagiku, rasa canggung saat bertemu seseorang yang menarik perhatian kita adalah hal yang menjadikan kencan pertama istimewa. Menurut aku, saat baru pertama kali bertemu dan berkenalan kita memang masih harus malu-malu, momen canggung ini yang nantinya bisa menjadi berharga setelah beriringnya waktu.

By Dillan Zamaita
23 March 2024