Self Lifehacks

Bebas Dari Rasa Terjebak

Axton Salim

@axtonsalim

Direktur Perusahaan Makanan

Ilustrasi Oleh: Salv Studio

Sangat mudah untuk merasa terjebak dengan semua yang terjadi belakangan ini. Di mana kita seorang diri dibombardir dengan berbagai pesan negatif dari setiap sudut kehidupan. Mulai dari media sosial, berita, sampai percakapan basa-basi di pantry kantor, bahkan hingga saat bersama keluarga. Pesan negatif yang dahulu sempat dianggap sebagai guyon dan meme lucu, sekarang mulai terasa mengepung – begitu dekat dan tidak tampak ujungnya.

Sudah menjadi fitrahnya jika Anda berada di posisi pemimpin maka Anda selalu dianggap sebagai batu yang kokoh. Padahal di beberapa hari belakangan ini sulit sekali untuk menjadi kokoh. Para pemimpin baru saja dibebani tanggung jawab tambahan: hal-hal negatif dari semua sudut, di atas semua tanggung jawab harian yang sudah dimiliki tentunya, yang tidak berhenti hanya karena ada krisis di luar sana.

Di antara berusaha memahami apa artinya krisis ini dalam skala makro, opsi cara menanganinya, sampai ke hal detail seperti memastikan rak di supermarket jangan sampai kosong supaya tidak terjadi kepanikan, juga dengan nasib para pekerja, serta sejauh apa artinya ini bagi mereka yang hidup dengan gaji harian. Rasanya tidak banyak waktu tersisa lagi bahkan untuk bernafas.

Tentu saja ketidakpastian tentang apa yang tidak dikomunikasikan meningkatkan kegelisahan kita semua. Dengan begitu banyak hal yang harus dipikirkan, saya menyadari dalam beberapa hari terakhir saya seringkali kehilangan kesabaran pada hal-hal yang sebenarnya remeh-temeh. Hal ini terjadi karena tanpa disadari saya telah berkubang dalam kecemasan. Dan saya yakin saya bukan satu-satunya yang mengalami ini. Saya bahkan tidak berani membayangkan intensitas tekanan bekali-kali lipat yang dirasakan mereka yang bekerja di garis depan krisis saat ini.

Gambar, berita, meme dari orang-orang yang hanya berpikir tentang diri mereka sendiri, dulu kita anggap lucu, namun repetisi kemunculannya telah membuat kita makin mati rasa. Ke mana pun menoleh tampaknya semua orang hanya memikirkan 'saya, saya, dan saya’. Saya yakin hal ini berdampak buruk pada bagaimana kita sebagai masyarakat memandang kemanusiaan.

Tindakan menimbun makanan diikuti dengan langkanya peralatan sanitasi mulai merajalela, hal yang terjadi karena tampaknya tindakan tersebut adalah satu-satunya kendali yang kita miliki terhadap situasi ini. Bahkan menjadi currency baru yang memberi kita kenyamanan sementara bahwa kita dan keluarga kita akan baik-baik saja. Kita kembali ke mentalitas dasar untuk bertahan hidup, yang terlalu sering diputar ulang dalam film, dan beralih ke mode marah akibat frustrasi yang berkepanjangan.

Lagi-lagi, saya kira saya bukan satu-satunya yang merasa kewalahan dan tidak berguna pada waktu-waktu ini. Namun pertanyaan sesungguhnya, apa yang bisa kita lakukan sekarang? Apa hal yang sesungguhnya ada di dalam kendali atau pengaruh diri kita sendiri? Menurut saya salah satu pengaruh terbesar yang kita miliki adalah di dalam lingkaran kita sendiri: teman-teman, orang-orang yang kita cintai, serta keluarga. Dan sudah menjadi sifat manusia untuk dapat melindungi orang-orang yang tersayang di sekitar kita tersebut. Itu benar-benar membuat saya berpikir, bagaimana kita benar-benar bisa melewati ini.

Menurut saya salah satu pengaruh terbesar yang kita miliki adalah di dalam lingkaran kita sendiri: teman-teman, orang-orang yang kita cintai, serta keluarga. Dan sudah menjadi sifat manusia untuk dapat melindungi orang-orang yang tersayang di sekitar kita tersebut.

Memikirkan hal ini di tengah-tengah perasaan kewalahan di siang hari, akhirnya saya merasakan secercah harapan dan sedikit ruang untuk bernafas. Hal kecil yang mampu membangkitkan semangat:

1. Periksa kondisi teman atau keluarga Anda

Sebuah pesan sederhana, "Bagaimana kamu bertahan?” Suatu ketika saya benar-benar terkejut dengan pertanyaan itu, karena ketika kita merasa begitu terperangkap, kita lupa berpikir bahwa kita masih bernapas.

Jadilah teman mengobrol untuk mencari jalan keluar, atau sekadar untuk membicarakan hal-hal lain selain krisis, atau untuk mendengarkan keluh kesah tentang apa yang harus dia lalui. Sekarang saya merasa tenang ketika menelepon teman atau keluarga saya untuk mengobrol singkat. Percayalah, itu sangat membantu. Dan bagi mereka yang bekerja di rumah, jangan meremehkan dampak negatif dari isolasi. Gadgetmu bukan hanya untuk memposting foto, tetapi bisa jadi alat yang hebat untuk meyakinkan bahwa kita tidak sendirian. Jangan lupa untuk mengingatkan satu sama lain untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Jangan ragu untuk menjangkau aplikasi konseling online yang tersedia jika kita membutuhkannya.

Jadilah teman mengobrol untuk mencari jalan keluar, atau sekadar untuk membicarakan hal-hal lain selain krisis, atau untuk mendengarkan keluh kesah tentang apa yang harus dia lalui. Percayalah, itu sangat membantu.

2. Fokuskan perhatian pada berita positif

Kita tidak akan pernah bisa sepenuhnya lepas dari informasi yang berlebihan tentang berbagai hal negatif, informasi kehilangan, dan kematian. Tetapi ada juga berita positif tentang pemulihan dan bagaimana orang-orang saling membantu. Fokuskan perhatian pada kisah negara dan komunitas yang membantu satu sama lain yang dapat membangkitkan semangat solidaritas. Kisah dari individu atau kelompok teman yang mengumpulkan uang untuk kebutuhan medis, para penyanyi berkolaborasi dalam lagu untuk menyatukan bangsa, kelompok teman yang berkumpul untuk mencoba menemukan solus, juga hal-hal lain yang membawa senyum ketika kita membacanya. Mungkin bahkan membuat kita terinspirasi untuk menjadi pejuang keyboard yang positif.

Hal-hal positif ini membantu kita membingkai ulang cara pandang kita terhadap situasi. That after all it is going to be alright.

When I was a boy and I would see scary things in the news, my mother would say to me ‘Look for the helpers. You will always find people who are helping.” Kutipan oleh Fred Rogers ini adalah kutipan yang saya gunakan untuk mengingatkan diri sendiri pada saat krisis. Akan selalu ada orang-orang yang akan berbuat baik di saat-saat krisis, mereka yang akan dapat membuat kita tetap waras, dan orang-orang yang akan mengembalikan kepercayaan kita pada kemanusiaan. Mereka adalah orang-orang yang memampukan kita melihat cahaya di ujung terowongan. Bahwa kita akan keluar dari krisis ini sebagai satu komunitas, sebagai satu negara, bahkan bagian dari solidaritas kemanusiaan global. We have now shared a common experience.

When I was a boy and I would see scary things in the news, my mother would say to me ‘Look for the helpers. You will always find people who are helping.” Kutipan oleh Fred Rogers ini adalah kutipan yang saya gunakan untuk mengingatkan diri sendiri pada saat krisis.

3. Jangan lupa bersikap baik satu sama lain.

Ingatlah bahwa setiap orang berada dalam situasi yang sama. Dan setiap orang memiliki pertempurannya sendiri yang sedang mereka perangi. Ini adalah sesuatu yang saya harus ingatkan diri saya sendiri belakangan, karena saya telah membentak rekan kerja saya beberapa kali dalam seminggu terakhir hanya karena insiden kecil. Adalah sebuah hal mudah untuk menggunakan amarah dan kata-kata kasar untuk melampiaskan hal-hal yang tidak kita pahami dengan jelas. Namun patut disadari bahwa akhirnya, kemarahan dan kata-kata jahat hanya akan menyebabkan lebih banyak kesusahan dalam sebuah reaksi berantai yang tidak ada habisnya.

Kita membutuhkan lebih banyak kebaikan dan kata-kata penghiburan di saat-saat seperti ini. Bersikaplah baik kepada atasan kita, rekan kerja, keluarga, staf bantuan, dan terutama petugas pengiriman yang mengantarkan bakmi favorit kita ketika kita berada di tempat aman di rumah kita sendiri. Be kind.

Jadi untuk saat ini, bersikap baik lah satu sama lain, tetap sehat dan biarkan kita terus bangkitkan semangat 'gotong royong'.

Kemarahan dan kata-kata jahat hanya akan menyebabkan lebih banyak kesusahan dalam sebuah reaksi berantai yang tidak ada habisnya.

Related Articles

Card image
Self
Melihat Dunia Seni dari Lensa Kamera

Berawal dari sebuah hobi, akhirnya fotografi menjadi salah satu jalan karir saya hingga hari ini. Di tahun 1997 saya pernah bekerja di majalah Foto Media, sayang sekali sekarang majalah tersebut sudah berhenti terbit. Setelahnya saya juga masih bekerja di bidang fotografi, termasuk bekerja sebagai tukang cuci cetak foto hitam putih. Sampai akhirnya mulai motret sendiri sampai sekarang.

By Davy Linggar
04 May 2024
Card image
Self
Rayakan Keberagaman dalam Kecantikan

Keberagaman jadi satu kata kunci yang tidak akan pernah lepas saat membahas tentang Indonesia. Mulai dari keragaman budaya, bahasa, hingga kecantikan perempuan di negeri ini adalah salah satu kekayaan yang sudah sepatutnya kita rayakan.

By Greatmind x BeautyFest Asia 2024
27 April 2024
Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024