Self Work & Money

Di Balik "Elo Bisa, Lah."

Kartika Anindya

@tika_anindya

Kurator Ide

Ilustrasi Oleh: Dwi Febriyan

Siap-siap, ya. Untuk kalian yang sering mendapat komentar-komentar di bawah ini, bersiap untuk merasakan that special mix of feelings; antara senang, bangga, dan ingin menolak mati-matian:

"Pasti dapet / bisa lah, elo gitu."

"Elo aja, kan udah sering."

"Asik ya udah jadi anak kesayangan [insert name] banget, bentar lagi [inappropriate joke e.g. jadi mantu, dibayarin kuliah, diangkat jadi direktur perusahaan si X]"

"Wah, nggak salah nih? Yang ada malah gue yang perlu belajar dari elo, hahaha!" (Lalu pergi. Is that a no?)

(Saat kamu diperkenalkan) "Dia ini yang (claim to fame)" | Orang asing: "Oh ya?" lalu menatapmu dengan sedikit bertanya-tanya, dan kamu tersenyum, berharap orang yang memperkenalkan untuk lanjut menjelaskan, then you say something self-deprecating.

Kalian yang jarang dapat komentar di atas, siap-siap juga. Tulisan ini akan terasa arogan.

Kesulitan #1 di balik "Elo bisa, lah": kita tidak bisa membicarakan kesulitannya tanpa terdengar arogan. 

Kesulitan #2: Tidak ada seorang pun, termasuk orang lain yang sering menerima komentar yang sama, yang sepertinya benar-benar percaya bahwa kamu adalah total impostor. Ini bukan sindrom. 

Yang sebenarnya terjadi adalah, kamu iseng melakukan A, ternyata bisa, lalu kamu iseng melakukan B, ternyata laku, dan mendadak ada rekanmu dengan segala itikad baiknya yang berkoar "Kalian tahu ini siapa? Dia yang berhasil di A dan B! Ayo kita kolaborasi bikin C!" dan tentunya hasil C juga tidak buruk-buruk amat, lalu tahu-tahu kamu sudah diminta sharing kisah inspiratif ke publik. 

Kebingungan ini spesial, karena rasanya seperti cuma kamu yang kesal jika pertanyaanmu tidak dijawab, atau permintaan saranmu ditangkis dengan pujian sehingga mau tidak mau kamu harus bilang terima kasih kepada mereka yang tidak punya saran, atau curhat kegugupanmu dianggap tidak nyata: "Masa sih? Padahal kan elo udah begini begitu"

Di titik ini, kamu mungkin mulai capek meyakinkan orang bahwa ‘pernah berhasil’ tidak sama dengan ‘tidak mungkin gagal’,  maka muncullah tiga kemungkinan:

1. Self-fulfilling prophecy a.k.a delusions of grandeur (yes, I am awesome, and SO #blessed to have friends / followers like you!)

2. Kamu menyerah, dan tidak bicara ke orang lain. Main game untuk penghilang stress.

3. Suatu saat kamu gagal, dan orang kaget. Lalu pergi, karena mereka tidak tahu harus bilang apa. Yang jelas dalam kesendirian, kamu membayangkan mereka membicarakanmu dengan prihatin: "kok bisa ya, padahal dia…"

Dan juga, ketiga kemungkinan ini bisa saja terjadi sekaligus pada saat yang bersamaan. 

Kesulitan paling menakutkan di balik semua ini adalah, sepertinya tidak ada jalan keluarnya. Selama masih ada stigma bahwa sukses berarti tidak boleh gagal, bahkan tidak boleh takut gagal, maka siap-siap. Begitu kamu mendapat cap "hebat ya", maka selamanya kamu akan (harus) menjadi hebat.

Bagaimana dengan orang-orang "hebat" lainnya? Tidak bersuara, karena mereka sendiri sedang menghadapi ketiga kemungkinan di atas, tanpa pernah bisa membicarakannya di depan umum, karena tidak ada ranah bicara untuk mengatakan "gue takut lho". Demotivasi itu tidak ada market-nya. Jadi bukan saja kamu tidak boleh takut, tidak boleh khawatir, dan tidak bisa minta panduan, kamu harusnya bahagiaDipuji kok malah diam? Itu namanya belagu.

Related Articles

Card image
Self
Peran Mentorship Untuk Pendidikan Yang Lebih Baik

Jika melihat kembali pengalaman pembelajaran yang sudah aku lalui, perbedaan yang aku rasakan saat menempuh pendidikan di luar negeri adalah sistem pembelajaran yang lebih dua arah saat di dalam kelas. Ada banyak kesempatan untuk berdiskusi dan membahas tentang contoh kasus mengenai topik yang sedang dipelajari.

By Fathia Fairuza
20 April 2024
Card image
Self
Alam, Seni, dan Kejernihan Pikiran

Menghabiskan waktu di ruang terbuka bisa menjadi salah satu cara yang bisa dipilih. Beberapa studi menemukan bahwa menghabiskan waktu di alam dan ruang terbuka hijau ternyata dapat membantu memelihara kesehatan mental kita. Termasuk membuat kita lebih tenang dan bahagia, dua hal ini tentu menjadi aspek penting saat ingin mencoba berpikir dengan lebih jernih.

By Greatmind x Art Jakarta Gardens
13 April 2024
Card image
Self
Belajar Menanti Cinta dan Keberkahan Hidup

Aku adalah salah satu orang yang dulu memiliki impian untuk menikah muda, tanpa alasan jelas sebetulnya. Pokoknya tujuannya menikah, namun ternyata aku perlu melalui momen penantian terlebih dahulu. Cinta biasanya dikaitkan dengan hal-hal indah, sedangkan momen menanti identik dengan hal-hal yang membosankan, bahkan menguji kesabaran.

By Siti Makkiah
06 April 2024