Circle Work & Money

Generasi Baru Pekerja Kantoran

Jika dalam beberapa tahun terakhir Millennials selalu menjadi sorotan, kini bersiaplah untuk menjumpai generasi baru yang akan segera memasuki dunia nyata: Generasi Z. Generasi ini akan segera memasuki dunia kerja bersama kita. Siapkah kita menerimanya?

Teori mengenai rentang usia Generasi Z bervariasi. Namun pada umumnya semua sepakat bahwa generasi ini merupakan mereka yang lahir saat internet telah ada dan teknologi semakin berkembang. Di Indonesia sendiri, tahun 1994-1995 dipercaya menjadi awal kemunculan internet dan tonggak lahirnya Generasi Z. Kini ‘angkatan awal’ Generasi Z tersebut sudah mulai lulus dari universitas dan bersiap untuk memasuki dunia kerja. Dengan karakteristik yang berbeda, banyak hal yang mungkin menjadi sebuah cultural shock bagi generasi-generasi sebelumnya – terutama yang berkaitan dengan etos dan hubungannya dengan profesionalitas.

“Anak-anak ini begitu dinamis dan lebih melek digital. Untuk beberapa industri, generasi ini justru mengisi kekosongan yang tidak dapat diisi oleh generasi sebelumnya.” Ungkap Vita Wardoyo, seorang Human Resource Trainer sekaligus pendiri dari Dynargie Indonesia menggambarkan karakteristik Generasi Z. Ia menambahkan, “Hanya saja kecepatan bekerja dan sudut pandang dalam memahami sebuah permasalahan mungkin berbeda dengan generasi sebelumnya. “ Faktor-faktor ini lah yang menurutnya terkadang berpotensi menimbulkan konflik di tempat kerja.

Sudut pandang berbeda di dunia kerja antara generasi sebelumnya dengan Generasi Z salah satunya terletak pada hal-hal sederhana seperti pemahaman makna ‘selesai’. Vita menjabarkan bahwa generasi lama menganggap suatu pekerjaan selesai saat pekerjaan itu benar-benar sudah 100% dikerjakan. Sedangkan Generasi Z acap kali menyebut pekerjaan yang masih setengah jadi sebagai pekerjaan yang telah selesai. “Progres 50 persen atau 80 persen, bagi Generasi Z pun dianggap sebagai pekerjaan yang selesai. Pemahamannya saja yang berbeda.” Jelas Vita.

Berbicara lebih lanjut mengenai karakteristik, Generasi Z dapat dikatakan merupakan generasi yang unik karena sama sekali berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Tumbuh dan besar di antara budaya tweeting serta update status, generasi ini pandai dalam berpendapat, berbagi opini, dan menyampaikannya di dunia maya. Mereka sangat memahami kekuatan internet dalam membawa sebuah perubahan dan membawa pengetahuan tersebut ke dalam dunia kerja. Beberapa kali sering ditemui kasus di mana seorang pekerja (yang merupakan Generasi Z – red.) berkeluh kesah mengenai pekerjaannya secara gamblang di media sosial. Mungkin harapannya mereka akan mendapat belas kasihan, namun justru sebenarnya apa yang mereka lakukan dapat menjadi bumerang - baik bagi individunya maupun perusahaan tempat ia bekerja.

Mode komunikasi mereka pun berbeda. Saat generasi lama masih nyaman dengan komunikasi verbal seperti telepon atau berbincang secara langsung, tidak demikian dengan Generasi Z. Karena generasi ini tumbuh dalam era smartphone, mereka justru lebih nyaman untuk berkomunikasi dengan basis teks seperti email maupun messenger.

Generasi ini pun lebih memilih iklim kerja yang boundary-less di mana struktur organisasi tidak lagi hierarkis namun semua cenderung setara bagai sebuah tim. Jangan heran bila nantinya mereka ‘sok akrab’ karena menganggap atasan seperti kakak kelas atau senior di universitas. Begitu pula dengan cara mereka memandang atasan. “Rata-rata Gen Z ini menyelesaikan kuliah secara singkat, sehingga sewaktu masuk ke dunia kerja mereka masih sangat muda,” pungkas Vita. “Saat memasuki dunia kerja, mereka agak kehilangan sosok orangtua sebenarnya. Untuk itu maka atasan harusnya turut mengambil peran sebagai orangtua yang mengayomi.” Ujarnya.

Selain itu, fleksibilitas menjadi hal yang paling diidamkan bagi generasi ini. Dengan situasi dunia kerja yang tekanannya semakin hari semakin berat, karyawan-karyawan muda ingin mendapatkan kompensasi dalam bentuk suasana yang mendukung mereka untuk berkarya seperti remote working dan aturan berbusana yang lebih santai. Untungnya kini memang telah semakin banyak perusahaan yang menerapkan fleksibilitas semacam ini.

Melihat perbedaan yang mencolok antara generasi ini dengan generasi sebelum-sebelumnya, mungkin dibutuhkan waktu untuk masing-masing saling beradaptasi. Namun selain itu, kunci keberhasilan untuk dapat bersinergi dengan Generasi Z sebenarnya adalah dengan membangun komunikasi yang asertif. Keterbukaan dari cara berkomunikasi asertif sangat dihargai oleh generasi ini sehingga mereka juga termotivasi untuk menggali gagasan-gagasan yang produktif. Kini pertanyaannya, siapkah generasi lama untuk turut beradaptasi dengan perubahan semacam ini?

Related Articles

Card image
Circle
Kembali Merangkai Sebuah Keluarga

Selama aku tumbuh besar, aku tidak pernah merasa pantas untuk disayang. Mungkin karena aku tidak pernah merasakan kasih sayang hangat dari kedua orang tua saat kecil. Sejauh ingatan yang bisa aku kenang, sosok yang selalu hadir semasa aku kecil hingga remaja adalah Popo dan Kung-Kung.

By Greatmind
24 November 2023
Card image
Circle
Pernah Deep Talk Sama Orang Tua?

Coba ingat-ingat lagi kapan terakhir kali lo ngobrol bareng ibu atau bapak? Bukan, bukan hanya sekedar bertanya sudah makan atau belum lalu kemudian selesai, melainkan perbincangan yang lebih mendalam mengenai apa yang sedang lo kerjakan atau usahakan.

By Greatmind x Folkative
26 August 2023
Card image
Circle
Berdaya dan Berkontribusi

Ketertarikanku untuk berbagi mengenai pengalaman dan tips pengembangan diri sebenarnya dimulai ketika aku bekerja di salah satu perusahaan konsultan keuangan di Jakarta. Saat itu, banyak yang bertanya melalui media sosial mengenai kiat untuk bisa bekarir di perusahaan tersebut. Lalu setelahnya, aku juga mulai berbagi mengenai topik pengembangan diri dan karir.

By Lavina Sabila
20 May 2023