Circle Planet & People

Jaga Alam Dari Rumah

Dwi Sasetyaningtyas

@sasetyaningtyas

Praktisi Hidup Ramah Lingkungan

Pemahaman serta ketertarikan saya terhadap isu lingkungan semakin serius ketika saya memutuskan mengambil pendidikan master mengenai Sustainable Energy Technology. Proyek thesis yang saya kerjakan adalah mengenai aplikasi penerapan tenaga surya di desa terpencil, tepatnya di salah satu desa di Sumba. Sayangnya ternyata penerapan energi surya ini menjadi sulit dilakukan karena belum didukung oleh kebijakan publik yang berlaku saat itu. Lantas saya kembali berkaca kepada pengalaman yang saya di Belanda, yaitu memilah sampah ke dalam 7 kategori. Kemudian saya berpikir, kalau memang saya belum bisa berkontribusi dalam segi kebijakan publik paling tidak saya bisa mulai membantu lingkungan dari rumah dengan cara menerapkan pola hidup yang lebih sustainable, juga mengurangi dan memilah sampah. 

Kalau memang saya belum bisa berkontribusi dalam segi kebijakan publik paling tidak saya bisa mulai membantu lingkungan dari rumah dengan cara menerapkan pola hidup yang lebih sustainable, juga mengurangi dan memilah sampah. 

Perubahan pertama yang saya terapkan dalam menjalani gaya hidup ramah lingkungan adalah menjadi lebih mindful sebelum membeli atau mengonsumsi sesuatu, kelihatannya sederhana tapi sebenarnya sulit untuk dilakukan karena berhubungan erat dengan pola konsumsi kita sehari-hari. Saya sendiri juga sudah sangat mengurangi konsumsi daging merah dan ayam, pola diet saya secara umum adalah plant based. Selain itu saya juga sudah tidak membeli produk fast fashion, lebih cenderung memilih produk lokal dengan visi yang sama atau thrift shopping. Saya juga melakukan kompos sendiri di rumah, sehingga sampah yang dibuang menjadi jauh lebih berkurang.

Tidak hanya membantu lingkungan, gaya hidup yang lebih sustainable juga bermanfaat bagi saya sebagai individu. Pertama adalah rumah menjadi lebih bersih dan rapi karena pertimbangan yang matang sebelum membeli atau mengonsumsi sesuatu, barang yang ada di rumah hanya barang yang memang saya perlukan sehingga terasa lebih lapang. Kebiasaan memilah sampah di rumah membuat rumah menjadi tidak bau sampah, karena hanya ada sampah bersih. Manfaat selanjutnya yang terasa adalah secara finansial terbilang jauh lebih hemat. Saya hanya membeli barang yang benar-benar dibutuhkan. Sangat jarang saya membeli barang hanya karena diskon atau karena packaging-nya yang lucu, belanja hanya dilakukan kalau persediaan sudah habis atau ketika memang dibutuhkan, sehingga tidak terjadi impulsif buying. Kalau saya sudah punya suatu barang atau masih dapat diperbaiki kenapa harus beli baru? 

Kalau saya sudah punya suatu barang atau masih dapat diperbaiki kenapa harus beli baru? 

Kendati demikian, saya juga tidak pernah secara langsung mengajak keluarga atau orang-orang terdekat saya untuk harus mengikuti gaya hidup yang saya terapkan. Dalam keluarga inti, tentu saya punya andil yang cukup besar untuk menyuarakan isu ini, sifatnya lebih mengarah pada diskusi bersama suami mengenai mengapa gaya hidup sustainable perlu diterapkan. Lain halnya kepada orang tua atau teman, yang saya lakukan hanyalah memberikan contoh gaya hidup seperti apa yang saya terapkan Jika mereka tertarik, saya akan dengan senang hati menjelaskan dan berdikusi, tapi saya sama sekali tidak pernah meminta atau memaksa keluarga saya untuk mengikuti gaya hidup ini. Menurut saya cukup berikan contoh, kalau memang mereka tertarik mereka akan bertanya dan akan tercipta ruang diskusi setelahnya.

Saya juga membagikan informasi seputar gaya hidup ramah lingkungan melalui Sustaination yang dimulai pada 2017 lalu. Saya merasakan perubahan yang cukup signifikan dalam hal pengetahuan masyarakat mengenai sustainability. Belakangan tahun terakhir, ditambah dengan pandemi, banyak orang yang juga jadi lebih sadar mengenai isu-isu lingkungan. Bisa dikatakan bahwa kesadaran masyarakat akan isu lingkungan tumbuh tapi masih sangat lambat dan segmented jika dibandingkan dengan target yang saya miliki dan tingkat kerusakan bumi yang semakin meningkat. Isu mengenai kerusakan lingkungan dan iklim sebenarnya sudah sangat-sangat penting tetapi perlu kita akui bahwa untuk bisa memulai aksi guna menyelamatkan lingkungan tidak akan semudah itu kalau perut kita lapar. 

Kalau mungkin kamu ingin mulai zero waste tapi sudah terlanjur punya banyak sampah di rumah, coba lihat kembali sampah tersebut kemudian pikirkan apakah masih ada yang bisa dipakai kembali? Untuk memulai zero waste mindsetnya bukan dengan membuang semua sampah yang kita punya supaya mulai dari awal, melainkan pikirkan dulu apa yang bisa dimanfaatkan lagi di rumah. Sampah mana yang bisa didaur ulang atau coba cari organisasi maupun komunitas yang bisa membantu proses daur ulang sampah yang kita kumpulkan dan kita pilah. 

Kalau mungkin kamu ingin mulai zero waste tapi sudah terlanjur punya banyak sampah di rumah, coba lihat kembali sampah tersebut kemudian pikirkan apakah masih ada yang bisa dipakai kembali? Untuk memulai zero waste mindsetnya bukan dengan membuang semua sampah yang kita punya supaya mulai dari awal, melainkan pikirkan dulu apa yang bisa dimanfaatkan lagi di rumah.

Salah satu kelemahan kita dalam isu lingkungan juga lagi-lagi adalah peraturan yang berlaku kaitannya dengan kebijakan publik mengenai peraturan pembuangan sampah. Sejauh ini yang kita rasakan adalah saat kita membuang sampah, dipilah ataupun tidak, pada akhirnya akan dijadikan satu dan dibuang ke TPA. Sayangnya memang kebijakan yang berlaku masih berkata demikian. Maka, ini menjadi tugas kita bersama untuk menyuarakan isu ini kepada para pemangku kebijakan untuk bisa mendukung hal ini dengan peraturan yang berlaku. Sustaination juga mengambil peran untuk mengedukasi dari akar rumput, bahwa sebaiknya kita memilah sampah yang kita punya, setelahnya tidak dibuang ke tempat sampah tapi diserahkan ke bank sampah. 

Harapan saya adalah untuk bisa menjadikan Indonesia menjadi negara yang bisa sustain dalam jangka panjang. Kita ingin gerakan Sustainantion  bisa menjadi bagian sebagai teman atau hub, setidaknya untuk mendorong masyarakat di Indonesia untuk belajar tentang gaya hidup yang lebih ramah lingkungan dan semakin banyak orang Indonesia yang peduli akan isu ini dengan lebih cepat. Kita berharap Indonesia juga lebih cepat menjadi negara yang selaras dengan alam, perjalanan kita masih panjang  dan tentunya butuh kolaborasi besar dengan semua pihak yang terlibat di dalamnya. 

Kita berharap Indonesia juga lebih cepat menjadi negara yang selaras dengan alam, perjalanan kita masih panjang  dan tentunya butuh kolaborasi besar dengan semua pihak yang terlibat di dalamnya. 

Related Articles

Card image
Circle
Kembali Merangkai Sebuah Keluarga

Selama aku tumbuh besar, aku tidak pernah merasa pantas untuk disayang. Mungkin karena aku tidak pernah merasakan kasih sayang hangat dari kedua orang tua saat kecil. Sejauh ingatan yang bisa aku kenang, sosok yang selalu hadir semasa aku kecil hingga remaja adalah Popo dan Kung-Kung.

By Greatmind
24 November 2023
Card image
Circle
Pernah Deep Talk Sama Orang Tua?

Coba ingat-ingat lagi kapan terakhir kali lo ngobrol bareng ibu atau bapak? Bukan, bukan hanya sekedar bertanya sudah makan atau belum lalu kemudian selesai, melainkan perbincangan yang lebih mendalam mengenai apa yang sedang lo kerjakan atau usahakan.

By Greatmind x Folkative
26 August 2023
Card image
Circle
Berdaya dan Berkontribusi

Ketertarikanku untuk berbagi mengenai pengalaman dan tips pengembangan diri sebenarnya dimulai ketika aku bekerja di salah satu perusahaan konsultan keuangan di Jakarta. Saat itu, banyak yang bertanya melalui media sosial mengenai kiat untuk bisa bekarir di perusahaan tersebut. Lalu setelahnya, aku juga mulai berbagi mengenai topik pengembangan diri dan karir.

By Lavina Sabila
20 May 2023