Berbicara tentang lama tidaknya waktu yang berjalan memang sudah ada hitungan bakunya. Tanpa kita sadar, sebenarnya hitungan panjang pendeknya waktu sebenarnya tergantung pada kesadaran kita akan fase hidup yang sedang dialami. Pada bagaimana kita menyadari betapa berharganya waktu. Ketika di sekolah, misalnya, kita mungkin merasa waktu yang dilalui terasa lewat begitu saja. Tapi kala dewasa, memiliki tanggung jawab lebih besar, peran yang juga tidak kalah besarnya; menjadi istri dan ibu sambil menjalani karier, waktu terasa begitu berharga. 

Melihat ke belakang, dua puluh satu tahun lalu aku memulai karier, semua terlihat seperti sudah lama sekali. Padahal rasanya seperti baru kemarin memulai semuanya. Kini di usia yang sudah kepala tiga pun aku memiliki pemahaman lebih tentang waktu. Terlebih lagi, memiliki keinginan besar untuk melewati waktu dengan lebih sungguh-sungguh. Sebelum masa pandemi, aku sempat berdiskusi dengan adik mengenai kecenderungan banyak orang terhadap kebiasaan sehari-hari. Ia merasa banyak orang selalu ingin melakukan dan mendapatkan apapun cepat-cepat. Dulu, aku bimbang meresponnya karena aku setuju dan tidak setuju. Namun saat masa pandemi, kita seolah dipaksa kembali pada “kecepatan” masing-masing. Akhirnya aku memahami bahwa berjalan lambat pun tidak berarti buruk. Mungkin memang ada makna di balik waktu yang harus kita lalui. 

Kalau ditanya apakah mau mengulang waktu atau tidak, aku pasti akan menjawab tidak. Tapi dulu saat mengalami sesuatu yang kurang baik, aku merasa ingin memperbaiki berbagai macam hal. Berbeda dengan masa hidupku saat ini. Aku bersyukur bisa merasa cukup. Jika mengulang waktu, mungkin aku tidak akan mendapatkan apa yang dimiliki saat ini. Kita baru tahu makna suatu kejadian di masa lalu saat kita sudah melewatinya sebab hanya waktu yang membantu kita mendapatkan jawabannya. Dalam proses mengetahui jawaban yang dibutuhkan, kita sudah ditempa hingga akhirnya bisa menyadari makna di balik pertanyaan-pertanyaan di masa lalu. 

Kita baru tahu makna suatu kejadian di masa lalu saat kita sudah melewatinya sebab hanya waktu yang membantu kita mendapatkan jawabannya.

Aku percaya bahwa setiap masalah tidak berasal dari luar diri tapi dari dalam diri sendiri. Artinya, kita sebenarnya harus belajar untuk memahami apa makna masalah tersebut untuk diri kita kemudian belajar menerimanya. Tentu menerima di sini bukan berarti pasrah tapi menerima kehadiran masalah dalam hidup. Jika terus bergumul dan mempertanyakan tanpa mencoba menerima, kita akan terus hidup di masa lalu. Padahal waktu tidak akan kembali lagi. Ada baiknya  kita berupaya untukhidup di masa kini, mempergunakan waktu sebaik-baiknya, meluangkan waktu dengan orang tersayang dan memperbaiki hal-hal yang harus dibenahi dalam diri. Sebab pada titik tertentu, kita pasti akan berada pada masa di mana berharap bisa melambatkan waktu. Misalnya ketika kehilangan seseorang yang amat dicintai. Jadi, selama masih ada waktu saat ini, manfaatkanlah sebaik-baiknya. 

Ada baiknya  kita berupaya untukhidup di masa kini, mempergunakan waktu sebaik-baiknya, meluangkan waktu dengan orang tersayang atau memperbaiki hal-hal yang harus dibenahi dalam diri.

Tidak mudah memang berada di masa kini. Sedari kecil, kita seakan sudah terlatih menjangkarkan cita-cita di masa depan. Kita seperti hanya mengikuti aturan bahwa tujuan hidup berada di masa depan. Seringkali, kita juga terlalu lama berada di masa lalu, menyesali kesalahan yang diperbuat di masa lalu sehingga merasa gagal di masa sekarang. Tapi sekalipun sulit, hidup di masa sekarang bisa terus dilatih. Salah satu caranya adalah dengan memanjatkan rasa syukur yang sesungguhnya. Saat kita sudah bisa bersyukur dengan tulus, kita bisa perlahan mengesampingkan rasa khawatir akan masa depan dan perlahan membuang rasa menyesal atas masa lalu. Artinya, kita mensyukuri atas semua yang sudah terjadi di masa lalu dan menerima apa yang akan ada di masa depan. Yang terpenting adalah telah melakukan yang terbaik di masa kini.

Dalam lagu “Selamat Jalan Kekasihku”, sebenarnya tersemat makna waktu dalam cinta yang dimiliki manusia. Dalam hidup, kita akan berada di sebuah pertemuan dan perpisahan. Waktu hidup di antara kedua masa tersebut. Sementara cinta hadir di saat dan waktu yang tepat dalam rentang kehidupan kita. Secara tidak langsung, cinta datang karena adanya waktu. Dulu aku merasa perasaan cinta hanya tentang kebahagiaan. Banyak orang juga terbiasa dengan pengertian cinta seperti itu. Akhirnya, di keseharian kita tidak melihat bentuk cinta selain dengan pasangan. Kenyataannya, perasaan cinta bisa hadir kapanpun waktunya, di manapun, dan dengan siapapun orang yang berinteraksi dengan kita. 

Perasaan cinta bisa hadir kapanpun waktunya, di manapun, dan dengan siapapun orang yang berinteraksi dengan kita. 

Cinta hadir ketika aku hendak tidur dan membacakan dongeng untuk anakku. Cinta hadir saat papaku memaksa untuk datang ke rumah hanya untuk memijat karena tahu aku sedang masuk angin. Cinta pun hadir ketika mamaku bertanya, “Kenapa masakan mama tidak dimakan?”. Itu semua adalah bentuk cinta dari masing-masing orang dengan cara yang berbeda-beda. Sekalipun dalam kesedihan akan perpisahan, cinta hadir di dalam hati dan pikiran kita.

Aku merasa di antara pertemuan dan perpisahan, kita hidup dalam satu waktu. Sayangnya, kita selalu tenggelam dalam stigma arti cinta yang bagaikan di adegan film. Padahal cinta itu sendiri merupakan energi yang selalu ada seiring berjalannya waktu. Walaupun bentuknya berbeda dari yang kita bayangkan atau harapkan. Lewat lagu “Selamat Jalan Kekasihku”, aku berharap semakin banyak orang yang bisa merasa terhubung dengan lagu ini dengan kisahnya masing-masing. Semakin banyak orang yang menyadari bahwa cinta hadir di setiap kali kita melangkah sehingga untuk dapat merasakan cinta itu, kita harus berupaya menghargai waktu yang ada.

Related Articles

Card image
Circle
Kembali Merangkai Sebuah Keluarga

Selama aku tumbuh besar, aku tidak pernah merasa pantas untuk disayang. Mungkin karena aku tidak pernah merasakan kasih sayang hangat dari kedua orang tua saat kecil. Sejauh ingatan yang bisa aku kenang, sosok yang selalu hadir semasa aku kecil hingga remaja adalah Popo dan Kung-Kung.

By Greatmind
24 November 2023
Card image
Circle
Pernah Deep Talk Sama Orang Tua?

Coba ingat-ingat lagi kapan terakhir kali lo ngobrol bareng ibu atau bapak? Bukan, bukan hanya sekedar bertanya sudah makan atau belum lalu kemudian selesai, melainkan perbincangan yang lebih mendalam mengenai apa yang sedang lo kerjakan atau usahakan.

By Greatmind x Folkative
26 August 2023
Card image
Circle
Berdaya dan Berkontribusi

Ketertarikanku untuk berbagi mengenai pengalaman dan tips pengembangan diri sebenarnya dimulai ketika aku bekerja di salah satu perusahaan konsultan keuangan di Jakarta. Saat itu, banyak yang bertanya melalui media sosial mengenai kiat untuk bisa bekarir di perusahaan tersebut. Lalu setelahnya, aku juga mulai berbagi mengenai topik pengembangan diri dan karir.

By Lavina Sabila
20 May 2023