Circle Love & Relationship

Pertemanan Pria Dan Wanita

SATI

@thisissati

Situs Hubungan dan Percintaan

Sudah pernah mendengar istilah Platonic Relationship belum? Ini merupakan satu dari lima kategori cinta atau hubungan emosional interpersonal. Platonic relationship (dalam konteks hubungan heteroseksual) adalah hubungan antara pria dan wanita yang emosional namun tidak melibatkan aktivitas seksual. Keberadaan jenis hubungan ini sudah lama sekali menjadi perdebatan. Baik dalam percakapan sehari-hari maupun kegiatan riset ilmiah. Mungkinkah pria dan wanita berteman dekat tanpa perasaan dan rasa tertarik seksual sedikitpun? Apakah ini hanya sekedar tameng untuk menutupi perasaan yang sebenarnya?

Berteman dengan lawan jenis juga tidak jarang menjadi sumber perdebatan di dalam hubungan. Seseorang tidak suka melihat pasangannya berteman dengan yang berlawanan jenis; curiga bahwa akan ada perasaan yang muncul diantara mereka. Alih-alih berteman, kita malah dituduh berselingkuh. Apakah kamu pernah menemukan kejadian serupa?

Banyak orang menikmati berteman dengan lawan jenis. Hal ini sangat wajar, karena ada beberapa kebutuhan emosional yang ternyata hanya bisa dipenuhi oleh lawan jenis. Mungkin itu juga mengapa kita merasa butuh memiliki pasangan. Kita perlu ketahui dulu bahwa ada perbedaan antara pertemanan sesama pria dan sesama wanita. Pertemanan pria biasanya lebih side-to-side atau bersebelahan. Ikatan mereka dibangun dari kegiatan fisik yang dilakukan bersama. Sementara pertemanan wanita biasanya lebih tatap muka atau berhadapan. Ikatannya dibangun dari intimasi, komunikasi dan dukungan.

Meskipun pertemanan pria jarang menimbulkan pertengkaran karena ikatan emosional yang kurang erat, mereka cenderung menutupi perasaan mereka dari satu sama lain. Sebaliknya, wanita sangat terbuka satu sama lain tentang perasaan dan emosi, sampai-sampai mereka mudah bertengkar karena sakit hati. 

Bayangkan jika pria dan wanita berteman? Kita bisa mengeliminasi kerugian pertemanan dengan menyeimbangkan keuntungannya. Kita dapat “bersebelahan” atau tidak terlalu terikat seperti jarang ngobrol, bicara blak-blakan atau melakukan aktivitas fisik bersama. Namun di lain waktu, mereka juga bisa berkomunikasi tatap muka, bicara dari hati ke hati, mengungkapkan perasaan dan mendapatkan dukungan. Inilah mengapa berteman dengan lawan jenis sering terasa lebih mengasyikan.

Tapi, bisa tidak pria dan wanita berteman tanpa rasa suka atau ketertarikan seksual? Banyak studi meragukan hal ini. Menurut jurnal berjudul “Benefit or burden? Attraction in cross-sex friendship”, meskipun terminologi hubungan platonik itu benar ada, tapi pada praktiknya terminologi ini justru seolah menjadi sugesti. Kita ingin percaya kita bisa, tapi dalam hati sebenarnya berpikir kemungkinan muncul suka itu ada. Begitu pula menurut artikel yang ditulis oleh Jeremy Nicholson M.S.W., Ph.D., seorang Attraction Doctor, yang mengatakan baik pria maupun wanita sama-sama menikmati berteman dengan lawan jenis sebab secara tidak sadar. Mereka merasa lebih atraktif karena bisa berteman dekat dengan lawan jenis. 

Masalahnya, pertemanan pria dan wanita bisa jadi ancaman ketika salah satu atau keduanya memiliki pasangan. Kalau mereka sedang tidak berada dalam hubungan, mereka juga bisa saja kehilangan ketertarikan untuk mencari pasangan karena sudah merasa cukup dengan kehadiran teman lawan jenisnya itu. Jadi, apa benar pria dan wanita tidak bisa berteman saja?

Sebenarnya, tidak bisa dibilang begitu juga. Banyak dari kita yang berteman dengan lawan jenis dan baik-baik saja. Dalam jurnal, “Relational Maintenance in CrossSex Friendships Characterized by Different Types of Romantic Intent” dikatakan bahwa setiap orang bisa punya persepsi yang unik terhadap pertemanannya. Keduanya bisa sama-sama berkomitmen pada persepsi itu. Ini memungkinkan dua orang yang berbeda gender berteman secara platonik. Tapi menjadi unik kondisinya ketika kita sebenarnya sedang berada dalam hubungan romantis juga. Kita perlu tahu cara memosisikan kedua hubungan ini agar tidak menjadi konflik.

Ketika sedang berkomitmen dalam hubungan, wajar kalau pasangan merasa terancam dengan kehadiran teman lawan jenis. Jadi tahap pertama adalah kesadaran untuk memahami keresahan pasangan dan tidak membela diri semata-mata ingin mempertahankan pertemanan dengan lawan jenis. Dengan begitu, kita bisa menghindari konflik dalam hubungan sekaligus tetap menjalin pertemanan dengan lawan jenis. 

Tahap kedua adalah Setting Boundaries atau batasan-batasan. Menentukan batasan adalah proses untuk mengetahui apa yang bisa diterima dan apa yang tidak, di dalam sebuah hubungan. Ada dua macam batasan yaitu fisik dan emosional. Contoh batasan fisik seperti tidak berpegangan tangan, sedangkan batasan emosional adalah menggunakan panggilan sayang istimewa untuk satu sama lain. 

Tahap ketiga adala menjelaskan status pertemanan. Mungkin ini terkesan tidak penting, namun dari awal pertemanan kita harus membatasi hubungan dengan bilang, “Kita hanya berteman saja”. Jangan sampai ada area abu-abu yang seakan memberikan harapan bahwa pertemanan ini dapat berpotensi menjadi sesuatu. Setelah itu kita pun harus terus konsisten menjaga status pertemanan tersebut.

Tahap terakhir adalah terbuka pada pasangan. Ceritakan secara lengkap siapa teman kita kepada pasangan. Jika memungkinkan, jembatani mereka untuk dapat berteman juga. Ini dapat membantu mengurangi rasa curiga.

Setelah kita membahas pengertian hubungan platonik, terakhir kita juga perlu tahu di mana posisi pertemanan di tengah hubungan romantis kita. Jika kita terjebak di antara teman dan pasangan, siapa yang harus diperhatikan terlebih dahulu? Jawabannya adalah pasangan. Kita mempunyai tanggung jawab pada komitmen yang sudah kita ambil bersama si pasangan untuk mendahulukan kepentingan hubungan ini. Selesaikan dahulu konfliknya dengan pasangan. Semoga setelah mengetahui pengertian hubungan platonik dan cara memposisikannya di tengah hubungan romantis, kita dapat menemukan titik tengah dan pengertian bersama. Dan semoga pertemanan kita dan hubungan kita berjalan baik-baik saja.

 

 

Related Articles

Card image
Circle
Kembali Merangkai Sebuah Keluarga

Selama aku tumbuh besar, aku tidak pernah merasa pantas untuk disayang. Mungkin karena aku tidak pernah merasakan kasih sayang hangat dari kedua orang tua saat kecil. Sejauh ingatan yang bisa aku kenang, sosok yang selalu hadir semasa aku kecil hingga remaja adalah Popo dan Kung-Kung.

By Greatmind
24 November 2023
Card image
Circle
Pernah Deep Talk Sama Orang Tua?

Coba ingat-ingat lagi kapan terakhir kali lo ngobrol bareng ibu atau bapak? Bukan, bukan hanya sekedar bertanya sudah makan atau belum lalu kemudian selesai, melainkan perbincangan yang lebih mendalam mengenai apa yang sedang lo kerjakan atau usahakan.

By Greatmind x Folkative
26 August 2023
Card image
Circle
Berdaya dan Berkontribusi

Ketertarikanku untuk berbagi mengenai pengalaman dan tips pengembangan diri sebenarnya dimulai ketika aku bekerja di salah satu perusahaan konsultan keuangan di Jakarta. Saat itu, banyak yang bertanya melalui media sosial mengenai kiat untuk bisa bekarir di perusahaan tersebut. Lalu setelahnya, aku juga mulai berbagi mengenai topik pengembangan diri dan karir.

By Lavina Sabila
20 May 2023