Ingat tidak dulu orang tua kita sering melarang bermain karena harus belajar? Ya, biasanya bermain jadi daftar kegiatan kesekian seusai belajar, makan atau bahkan tidur siang. Kita yang terbiasa dengan sistem pendidikan di negara ini mungkin akan merasa bersalah jika membiarkan anak bermain dan tidak belajar. Sebaliknya, belajar dengan cara monoton yang terbiasa kita kenyam dari dulu menjadi patokan belajar anak-anak masa kini. Berbeda dengan sistem edukasi di Finlandia yang menemukan berbagai riset tentang bermain dalam belajar. Edukasi di negara tersebut menomor-satukan riset sehingga sebelum mengantarkan pendidikan pada anak-anak para tenaga ahli biasanya melakukan riset untuk membuktikan hasil paling maksimal. Dalam pencariannya mereka pun membuktikan bahwa anak-anak akan menyerap dengan sangat baik ketika otak mereka merasakan kesenangan. Di mana berarti mereka akan belajar optimal saat bermain. Inilah yang kemudian menjadi patokan sistem edukasi di Finlandia. Menerapkan lingkungan tanpa stres dan tekanan.
Mereka yang belajar tanpa tekanan akan memiliki motivasi lebih besar untuk melakukan sesuatu karena tidak terpaksa melakukannya. Sebaliknya mereka sangat menikmati apa yang dipelajari dan memiliki motivasi untuk maju dari diri sendiri. Tentu saja kemampuan ini menjadi amat penting untuk generasi masa depan. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi 20-30 tahun ke depan. Mungkin saja banyak pekerjaan yang ada saat mereka kecil sudah hilang di kemudian hari. Sehingga motivasi dari dalam diri ini penting untuk dimiliki agar mereka bisa mengasah kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Anak-anak jadi bisa terlepas dari kemampuan monoton seperti menghapal. Mereka tidak terpaku pada apa yang disuruh tapi justru memiliki motor penggerak dari dalam diri sendiri.
Motivasi dari dalam diri sendiri bisa datang ketika mereka merasakan ketertarikan pada subyek yang dipelajari. Misalnya anak-anak sedang diajarkan berhitung. Alih-alih dengan angka, mereka akan lebih mudah mengikuti dan menyerap saat kita menggunakan benda yang mereka sukai. Kalau dia suka pesawat, kita bisa mengajaknya berhitung berapa jumlah sayap pada pesawat. Menemukan sesuatu yang relevan dengan yang dekat dengan mereka bisa memunculkan gairah belajar mereka sehingga belajar tidak lagi terasa membosankan atau menyebalkan. Selain itu, keterlibatan anak dalam belajar juga tidak kalah penting. Mereka harus tahu bahwa suara mereka penting dalam proses pembelajaran. Tidak hanya diam, diberikan materi lalu cuma menerima pelajaran saja. Mereka harus diajak berkontribusi di dalamnya. Semisal ditanyakan mau menggambar menggunakan krayon atau pensil warna. Biarkan mereka memilih. Dari pembelajaran seperti ini diharapkan anak-anak nantinya akan lebih percaya diri untuk memilih dan membuat keputusan. Sehingga lambat laun mereka merasa bahwa suaranya bermakna dan termotivasi untuk berbuat hal yang bermakna pula dalam hidupnya.
Berangkat dari pemahaman tersebut, HEI Schools menerapkan pendekatan playful seperti yang diperkenalkan oleh sistem edukasi negara Finlandia. Tidak hanya itu saja, dalam proses belajar-mengajar para murid juga diperkenalkan dengan konsep keseimbangan. Sehingga tidak melulu kemauan anak-anak dituruti. Sekolah yang ditujukan untuk anak 18 bulan sampai 6 tahun ini mengupayakan adanya pengarahan dua arah yang berasal dari guru ke anak dan sebaliknya. Jadi dalam rutinitas kesehariannya terdapat waktu di mana guru-guru akan mengarahkan apa yang akan mereka pelajari hari itu. Dalam satu hari rutinitas mereka sudah direncanakan sedemikian rupa agar mereka mengerti bagaimana membagi waktu. Ada kalanya mereka belajar di ruang terbuka dan kadang di ruang kelas. Ada kalanya mereka harus bermain saja tanpa ada pelajaran dan ada kalanya mereka harus makan atau bahkan beristirahat. Sehingga pada akhirnya anak-anak bisa memahami arti keseimbangan aktivitas dalam hidup dan saat dewasa kelak menerapkannya dalam keseharian.