Society Lifehacks

Dwika’s Days of Decency: Decent on The Street

Rasanya tidak pernah habis bahan perdebatan, keributan, atau pertikaian saat kita membahas tentang jalanan. Mulai dari kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan petinggi negeri atau pesohor, kasus hak pelajan kaki yang dirampas, perdebatan mengenai hukum para pengedara motor yang berteduh di trotoar saat hujan lebat, hingga yang paling baru mengenai pesepeda di jalan raya. Banyak sekali keributan yang tidak perlu terjadi di jalan raya. Kalau menurut saya pribadi, salah satu masalahnya adalah kita lupa masalah ini timbul bukan karena kendaraannya, melainkan individu yang terlibat dalam setiap kejadiannya.

Banyak sekali keributan yang tidak perlu terjadi di jalan raya. Kalau menurut saya pribadi, salah satu masalahnya adalah kita lupa masalah ini timbul bukan karena kendaraannya, melainkan individu yang terlibat dalam setiap kejadiannya.

Sebagai analogi, sampah yang kita letakkan di peti emas sekalipun, tetaplah sampah. Sebaliknya berlian yang ditaruh di tempat sampah, ia tetap berlian. Jadi ini bukan perdebatan mengenai kendaraan siapa yang lebih mahal tetapi tentang manusianya. Sebagai contoh, orang yang menerobos lampu merah di jalan raya kemungkinan besar akan menjadi orang yang sama yang akan memarkirkan kedaraanya di trotoar saat dia mengendarai motor. Mungkin dia juga akan menjadi orang yang bertindak semena-mena saat mengendarai sepedanya di jalan raya. Bahkan ia bisa jadi adalah orang yang juga akan buang sampah sembarangan saaat ia berjalan kaki. 

Saat kita mengendarai mobil, mungkin kita akan merasa kehadiran pesepeda dan pengendara motor mengganggu. Ketika kita berjalan kaki kita akan merasa pengendara sepeda, motor, dan mobil mengganggu, dan begitu seterusnya. Ini adalah fenomena yang sangat mungkin terjadi. Kita harus memperhatikan tingkah lagu individu yang terlibat bukan kendaraanya. Karena saya pernah melihat pengendara mobil, motor, sepeda, dan pejalan kaki yang berlaku baik dan benar di jalan. Kalau tidak, sudah pasti jalanan kita akan lebih ricuh dan ribut. Faktanya, lebih banyak yang benar tapi terkadang kita fokus pada yang buruk. 

Maka inilah alasan saya membahas mengenai decent on the street. Tidak ada solusi pasti untuk menguraikan masalah di jalan, tapi saya memiliki beberapa poin yang mungkin bisa kita coba. Pertama empati, saya selalu berusaha berpikir setiap orang yang berada di jalan punya tempat untuk dituju. Kalau tidak, mereka tidak akan ada di jalan. Mereka butuh motivasi untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain entah itu untuk kerja, kencan, ataupun makan malam bersama keluarga. Itu alasan kenapa mereka dan saya ada di jalan. Kalau kita menyadari akan hal ini, harusnya kita bisa saling memahami satu sama lain. Maka, tidak ada alasan untuk saya berharap diperlakukan lebih istimewa daripada orang lain. Tentu akan ada pengecualian di waktu-waktu tertentu seperti mobil ambulans atau polisi yang sedang melakukan penangkapan.  

Poin kedua adalah perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan oleh orang lain. Sesederhana, saat lampu lalu lintas rusak saya berharap orang lain akan memberikan jalan. Maka, saya juga harus siap memberi jalan pada orang lain. Jadi sebelum kita mengkritik atau menyalahkan orang lain, kita harus mempertanyakan kembali apakah kita sudah berperilaku dengan baik?. Kalaupun kita sudah berperilaku sebaik mungkin tapi nyatanya orang lain tidak, anggap saja itu bukan hari keberuntungan kita. 

Sebelum kita mengkritik atau menyalahkan orang lain, kita harus mempertanyakan kembali apakah kita sudah berperilaku dengan baik?. Kalaupun kita sudah berperilaku sebaik mungkin tapi nyatanya orang lain tidak, anggap saja itu bukan hari keberuntungan kita.

Saya pernah berkendara saat hujan lebat di jalan Tol, jalur paling kiri. Saat ingin keluar Tol tiba-tiba ada kendaraan lain yang menyerobot, hingga akhirnya saya secara spontan membanting stir ke arah kanan hingga menyenggol pengendara lain. Refleks pertama saya bukan marah, justru saya meminta maaf dan menjelaskan situasi yang saya alami pada pengendara di sebelah kanan saya. Ia pun memahami situasi yang terjadi dan membiarkan saya lewat. Artinya, tidak perlu membuat keributan yang semakin membuat situasi lebih runyam. Untuk apa membuang tenaga sia-sia untuk perdebatan yang tidak berguna.

Ada kalanya saya mengalah sepanjang perjalanan, tapi saya sadar saat saya memberikan kesempatan pada orang lain, orang lain juga akan memberikan kesempatan pada saya. Pengendara yang decent di jalan tidak sedikit, kok. Mengumpat kepada mereka yang berkelakuan buruk di jalan tidak akan menambah jumlah orang yang berkelakuan baik. So, let’s reward those who are doing their best. Termasuk, menjadikan diri kita sendiri menjadi pengguna jalan yang baik. Semua orang bisa marah, tapi jangan sampai itu menghalangi usaha kita untuk menjadi orang yang baik. Jangan terseret arus dan menjadi pengguna jalan yang buruk. 

Mengumpat kepada mereka yang berkelakuan buruk di jalan tidak akan menambah jumlah orang yang berkelakuan baik. So, let’s reward those who are doing their best.

Related Articles

Card image
Society
Kembali Merangkul Hidup dengan Filsafat Mandala Cakravartin

Mengusahakan kehidupan yang komplit, penuh, utuh, barangkali adalah tujuan semua manusia. Siapa yang tidak mau hidupnya berkelimpahan, sehat, tenang dan bahagia? Namun ternyata dalam hidup ada juga luka, tragedi dan malapetaka. Semakin ditolak, semakin diri ini tercerai berai.

By Hendrick Tanuwidjaja
10 June 2023
Card image
Society
Melatih Keraguan yang Sehat dalam Menerima Informasi

Satu hal yang rasanya menjadi cukup penting dalam menyambut tahun politik di 2024 mendatang adalah akses informasi terkait isu-isu politik yang relevan dan kredibel. Generasi muda, khususnya para pemilih pemula sepertinya cukup kebingungan untuk mencari informasi yang dapat dipercaya dan tepat sasaran.

By Abigail Limuria
15 April 2023
Card image
Society
Optimisme dan Keresahan Generasi Muda Indonesia

Bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda pada 2022 lalu, British Council Indonesia meluncurkan hasil riset NEXT Generation. Studi yang dilakukan di 19 negara termasuk Indonesia ini bertujuan untuk melihat aspirasi serta kegelisahan yang dimiliki anak muda di negara masing-masing.

By Ari Sutanti
25 March 2023